Bagi remaja, bila istilah itu disebut-sebut bisa membuat jantung berdetak lebih kencang. Siapa sih yang nggak semangat bila bercerita seputar aktivitas pacaran ini? Semua orang yang normal pasti seneng. Apalagi yang digambarkan dalam cerita film dan novel, baik yang happy ending maupun unhappy ending kisah-kasih itu. Tetap mengasyikan. Pokoknya aktivitas baku syahwat yang memang bukan barang baru di kalangan remaja itu terus diekspos dan dibuat seolah-olah legal.
Punya tampang sekeren personelnya “Westlife”? Dijamin bakal dikejar-kejar kaum Hawa. Baik yang mengejar ingin dikencani maupun yang ingin nagih utang (hua..ha..ha..). Coba aja bayangin, wanita mana sih yang nggak deg-degan kalo lihat tampangnya si Mark atawa Kian? Wuih, histeris, Brur! Maklum cowok ABG yang tergabung dalam kelompok Westlife ini cool banget. Jadi nggak heran kalo anak cewek merasa nyaman dapat gacoan model begitu.
Bicara soal rasa cinta memang diakui mampu membangkitkan semangat hidup. Suer, nggak bohong! Termasuk anak masjid, yang katanya ‘dicurigai’ tak kenal cinta. Sama saja, anak masjid juga manusia, yang memiliki rasa cinta dan kasih sayang. Pasti dong, mereka juga butuh cinta dan dicintai. Soalnya, perasaan seperti itu wajar dan alami. Malah aneh bila ada orang yang nggak kenal cinta, jangan-jangan bukan orang. Nah, biasanya bagi remaja yang sedang kasmaran, mereka mewujudkan cinta dan kasih sayangnya lewat aktivitas pacaran. Kayak gimana sih? Deuuh, pura-pura nggak tahu. Itu tuh, cowok dan cewek yang saling tertarik, lalu mengikat janji dan akhirnya ada yang sampai hidup bersama layaknya suami-isteri. Padahal dalam Islam ada aturan mainnya. Nggak sembarangan sesuka udelnya.
Tapi celakanya, pacaran telah begitu mendarah daging dalam kehidupan masyarakat sekarang. Dan ternyata yang paling banyak mempraktekkan ‘amalan’ tersebut adalah remaja macam kamu. Dari mulai yang backstreet, karena takut ketahuan sama ortu, sampai yang berani tanpa tedeng aling-aling. Mulai cuma jalan berdua sambil pegangan tangan, sampai ada yang berani ke level berikutnya dan berikutnya. Berbahaya bukan?
Omong-omong soal pacaran, ternyata sekarang ada gosip baru tentang pacaran Islami. Ini kabar bener atau cuma upaya melegalkan aktivitas baku syhawat itu? Malah disinyalir, katanya banyak pula yang melakukannya adalah anak masjid. Artinya mereka itu pengen Islam, tapi pengen pacaran juga? Ah, ada-ada saja! Masak ’segila’ itukah kasusnya? Kalo ternyata benar, bagaimana dengan yang lain yang bukan ‘anak masjid’? Weleh-weleh berat juga ternyata, ya?
Nggak Ada Pacaran Islami!
Memang betul, kalo dikatakan bahwa ada anak masjid yang meneladani tingkah James Van Der Beek dalam serial Dawson’s Creek tapi bukan berarti kemudian dikatakan ada pacaran islami. Itu nggak benar. Tetap saja, siapapun yang melakukan aktivitas maksiat, tetap saja berdosa. Jangan karena yang melakukan adalah anak masjid lalu ada istilah pacaran Islami. Nggak bisa, jangan-jangan nanti kalo anak masjid kebetulan lagi nongkrongin?آ judi rolet, disebut judi islami? Wah gawat bin bahaya, Non!
Tapi mungkin bukan itu yang dimaksud. Kita yakin kok, kalo yang namanya pacaran secara ‘radikal’, pasti anak masjid nggak bakal melakukannya. Malu. Bisa jadi itu alasannya. Tapi masalahnya adalah bagaimana ketika mereka mengekspresikan rasa cintanya, karena beliau-beliau juga manusia seperti kita. Barangkali sebagian anak masjid menganggap boleh-boleh saja bila aktivitas pacaran itu tidak sebrutal pada umumnya. Boleh jadi itu dugaan dan anggapan. Disinilah perlunya pemahaman Islam yang benar dan tinggi. Jangan sampai aktivitas maksiat berubah menjadi halal hanya gara-gara pake embel-embel Islam. Nggak bisa dan memang nggak benar.
Tentu lucu bin menggelikan dong, bila suatu saat nanti teman-teman remaja yang berstatus anak masjid atau aktivis dakwah terkena ‘virus’ cinta kemudian mengekspresikan cintanya lewat pacaran. Tapi inget, aktivitas itu nggak bisa disebut pacaran islami, karena memang nggak ada istilah itu. Jangan salah sangka, mentang-mentang pacarannya pake jilbab, baju koko dan berjenggot, lalu mojoknya di masjid, kita sebut aktivitas pacaran Islami. Wah salah besar, itu. Dan yang jelas dosa besar!
Suer, kita juga nggak pernah dengar istilah daging babi islami, hanya gara-gara disembelihnya dengan menyebut nama Allah, misalkan. Ya nggak? Begitulah, tak ada istilah pacaran islami, seperti halnya tak ada istilah daging babi islami. Catet itu, Brur!
Lalu bagaimana dengan sepak terjang teman-teman remaja yang terlanjur menganggap aktivitas baku sayhwatnya sebagai pacaran islami? Tentu saja itu dosa. Sekali lagi dosa! Iya dong, soalnya siapapun yang melakukan kemaksiatan jelas dosa sebagai ganjarannya. Apalagi anak masjid. Malu-maluin aja.
Jadi memang pacaran islami itu nggak ada. Tapi kenapa istilah itu bisa muncul? Boleh jadi karena teman-teman remaja yang punya semangat keislaman tapi miskin tsaqofah Islamnya. Modalnya cuma semangat doang. Karuan saja itu sangat berbahaya. Bukan apa-apa, mencintai Islam nggak cukup modal semangat yang menyala. Ilmunya juga kudu dipelajari. Kalo nggak kenal, tentu saja kita nggak bakal sayang sama Islam. Makanya harus mengenal Islam lebih jauh. Supaya bisa ‘menyayanginya’. Bahkan akan membelanya jika ada orang yang berusaha memadamkan cahaya Islam. Remaja yang mencintai Islam tentu saja nggak bakal menodai Islam dengan aktivitas maksiatnya, seperti pacaran, misalkan. Itu nggak baik dan memang nggak bener. Kalo kamu dilanda cinta, kan nggak mesti diwujudkan dalam bentuk pacaran, iya, nggak??آ
?آ ?آ
Bagaimana Mengendalikan Cinta?
Siapa bilang cinta tak bisa dikendalikan? Bisa, Brur! Malah kalo tahu aturan mainnya enjoy saja, tuh. Barangkali yang merasa sulit mengendalikan cinta karena memang terlalu memanjakan hawa nafsunya. Bener kan? Aduh, bila yang terjadi demikian, berarti memang rada-rada sulit untuk bisa mengendalikan. Ibarat kamu lagi sakit, tapi tak berusaha untuk menyembuhkannya. Pantangan malah diterjang, ya, gawat. Gimana mau sembuh?
Memang betul, bila hati tengah dilanda cinta, serasa dunia milik sendiri dan cuma ingin membaginya kepada seseorang yang selalu ada di hati. Kemana saja dan di mana saja selalu ingat si dia (tapi hati-hati, jangan sampai lihat ’saudara-saudaranya’ di kebun binatang jadi ingat si dia juga). Malah tak jarang yang akhirnya harus menderita karena cinta pula. Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam kitabnya yang berjudul “Raudhah Al Muhibbin wa Nuzhah Al Musytaqin” alias “Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu” mengutip sebuah kisah tentang ‘kuatnya’ cinta yang mampu membuat pelakunya tetap mencintai meski kekasihnya sudah di alam kubur. Heboh juga, ya? Atau kisah kasih Romeo and Juliet karya William Shakespeare yang evergreen alias selalu fresh. Sampai-sampai ada parodinya, Rojali dan Juleha, film Indonesia yang dibuat tahun 70-an dan dibintangi Benyamin S., Nanu “Warkop”, dan Ida Royani. Bukan hanya itu, Chris Klein, Leelee Sobieski, dan Josh Hartnett ikut menghangatkan film remaja paling anyar, Here on Earth pun bikin remaja dibuai dengan percintaan. Itulah fakta bahwa cinta memang bikin hidup lebih hidup (sori, nggak bermaksud nyontek pameo Losta Masta!)
Dan perlu diketahui ‘virus’ cinta bisa menimpa siapa saja, termasuk anak masjid atawa aktivis dakwah di sekolah/kampus. Iya, dong, soalnya mereka juga manusia. Bisa sedih, bisa gembira. Sangat mungkin untuk sakit hati, dan sekaligus bisa berbunga-bunga. Namun tentu saja kadar kesedihan dan kegembiraannya berbeda-beda satu sama lain. Nah, berkaitan dengan urusan cinta ini, anak masjid bukan berarti ‘ma’sum’ dari melakukan aktivitas itu. Bisa saja mereka berbuat begitu. Tapi tentu saja, akan sangat hebat bila ketaatan kepada Islam mampu menenggelamkan hawa nafsunya dari berbuat maksiat.
Disinilah perlunya ilmu untuk mengendalikan cinta supaya nggak liar tak karuan. Kalo liar bisa gawat. Apalagi menimpa anak masjid atawa aktivis dakwah di sekolah. Malu dong, kalo sampe aktivis dakwah pacaran. Bukan hanya memalukan, tapi juga dosa.
Setiap orang boleh mencintai dan dicintai. Itu haknya, termasuk remaja seusia kamu. Tapi bukan berarti kemudian menghalalkan segala cara, seperti melakukan pacaran. Brur, aktivitas itu sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Kamu kan seorang muslim, masak mau melakukan tradisi yang bukan berasal dari Islam. Suer, budaya pacaran itu tak dikenal dalam kamus ajaran Islam. Nggak ada itu. Catet, ya!
Yakin deh, cinta itu bisa dikendalikan. Yang nggak bisa itu adalah dimatikan. Ini memang urusan hati. Jadi sejauh mana hati kita bisa menahan hawa nafsu yang bergejolak dalam gairah jiwa muda kita. Kamu tetap harus tahu aturan main dalam Islam. Wajib kamu ketahui, bahwa Islam tak pernah mengekang umatnya. Kalaupun ada aturan yang menurut kamu mengekang aktivitas kamu. Kamu jangan salah paham. Itu adalah upaya Islam untuk menyelamatkan umatnya. Ya, itulah ‘risiko’ kamu milih Islam, yang tentu saja itu adalah pilihan terbaik buat kamu.
Lalu bagaimana langkah riil dalam mengendalikan cinta? Begini sobat, hal yang paling mendasar sebagai seorang muslim kamu kudu beriman kepada Allah SWT. Dan keimanan kepada Allah itu bukan cuma mengimani keberadaan-Nya saja, yakni hubungan penciptaan (shilatul kholqi), tapi sekaligus harus ada hubungan ketaatan terhadap perintah-perintah Allah (shilatul awaamir). Nah, dengan kata lain, wajib taat terhadap apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Firman Allah SWT:
• •
36. dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.
Ketaatan kamu itu akan menciptakan dinding yang tebal agar kamu tak tergoda untuk melihat atau melakukan aktivitas yang tak diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Terus kamu juga kudu memahami bahwa perasaan cinta itu muncul jika ada rangsangan dari luar. Maka langkah bijak dan logis adalah menutup seluruh peluang yang bisa membuat kamu tergoda untuk melakukannya. Hindari aktivitas yang menjurus kepada pikiran-pikiran kamu tentang cinta yang liar sehingga kamu merasa gatal bila tak menempuh jalur pacaran untuk mengekspresikan cinta kamu. Sebaliknya kamu harus menyibukkan diri dalam aktivitas yang tidak bersentuhan dengan perasaan-perasaan cinta terhadap lawan jenis kamu. Olah raga atau full ngurus pengajian, insya Allah cara itu bisa mengusir keinginan kamu untuk melakukan pacaran.
?آ ?آ ?آ ?آ
Pilih mana; Nikah atau Zina?
Idih, ngeri bin serem! Pilih nikah dong! Aman dan dapat pahala. Iya, nggak? Tapi sebentar, kita kan masih sekolah, masak mau nekat nikah, sih? Ya, itu persoalannya.
Jadi begini sobat, tadi kita sudah sepakat bahwa tak ada istilah pacaran islami. Betul, kan? Terus kamu juga sudah tahu bagaimana mengendalikan cinta. Masalahnya sekarang tak ada jalan lain bila kamu tetap ngotot ingin menyalurkan ‘aspirasi’ kamu kepada lawan jenis kecuali nikah. Nikah adalah sarana legal dan aman secara syar’i untuk menumpahkan kasih sayang kita seutuhnya kepada lawan jenis kita. Firman Allah SWT.:
21. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Bahkan Al Quran juga menyisipkan larangan untuk berbuat zina. Allah SWT berfirman:
32. dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.
Inilah Al Quran pedoman yang paripurna yang bakal menyelamatkan kita.
Nah, itu memang tuntunan Al Quran. Tapi lain lagi dengan tuntunan para selebriti yang telah menancapkan pengaruhnya lewat perilaku hidupnya. Selebriti mana sih yang bersih dari perbuatan ini? Masih ragu-ragu menunjuk selebriti mana yang alim. Bukan apa-apa, ketika ia memilih karir dan ‘pekerjaan’ sebagai artis, sejak saat itulah ia mulai melangkah meninggalkan ajaran Islam yang suci. Terus terang, sudah menjadi rahasia umum kan bila mayoritas kehidupan kaum selebritis akrab dengan kemaksiatan.
Celakanya, remaja sekarang justeru mencontek abis gaya hidup artis pujaannya. Termasuk sebagian anak masjid, lho. Disinilah perlunya pemahaman Islam.
Kembali ke urusan cinta. Memang bila kamu tetap ngotot ingin berkasih-sayang dengan putri pujaan kamu. Atau untuk yang putri dengan ‘Arjuna’ pilihannya. Ya, sudah, nikah saja. Habis perkara. Iya, nggak? Kalo ternyata masih mikir-mikir karena masih sekolah. Mendingan keinginan itu ‘dikubur’ dulu untuk sementara. Kamu fokuskan dulu belajar. Tapi ingat, jangan coba-coba nekat untuk ‘mendekati’ kekasihmu dengan cara pacaran.
Soalnya Non, pacaran itu adalah pintu gerbang menuju perzinaan. Makanya, kita wanti-wanti banget jangan sampai kamu ngotot melakukan aktivitas baku syahwat yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
Jadi sekali lagi, pacaran islami itu nggak ada dalam kamus ajaran Islam. Kalaupun boleh mengatakan, ada sih ‘pacaran islami’, yakni nikah dulu!
Begitu, Non!n
Minggu, 04 Oktober 2009
Pacaran islami.....????
Jumat, 02 Oktober 2009
Siapakah yang Ukhti pilih....???
Saudariku muslimah, sekarang banyak kita jumpai fenomena yang sangat memprihatinkan dan menyedihkan hati. Banyak dari saudari-saudari kita yang terpesona dengan kehidupan dunia, sehingga timbul predikat ‘cewek matre’, yaitu bagi mereka yang menyukai laki-laki karena uangnya. Ada juga diantara saudari kita yang memilih laki-laki hanya karena fisiknya saja. Ada juga diantara mereka yang menyukai laki-laki hanya karena kepintarannya saja, padahal belum tentu kepintarannya itu akan menyelamatkannya, mungkin justru wanita itu yang akan dibodohi.
Sebenarnya tidak mengapa kita menetapkan kriteria - kriteria tersebut untuk calon pasangan kita, namun janganlah hal tersebut dijadikan tujuan utama, karena kriteria-kriteria itu hanya terbatas pada hal yang bersifat duniawi, sesuatu yang tidak kekal dan suatu saat akan menghilang. Lalu bagaimana solusinya ? Saudariku, sebagai seorang muslim, standar yang harus kita jadikan patokan adalah sesuatu yang sesuai dengan ketentuan syariat. Karena hanya dengan itu kebahagian hakiki akan tercapai, bukan hanya kebahagian dunia saja yang akan kita dapatkan, tapi kebahagiaan akhirat yang kekal pun akan kita nikmati jika kita mempunyai pasangan yang bisa diajak bekerjasama dalam ketaatan kepada Allah.
Diantara kriteria-kriteria yang hendaknya kita utamakan antara lain:
1. Memilih calon suami yang mempunyai agama dan akhlak yang baik, dengan hal tersebut ia diharapkan dapat melaksanakan kewajiban secara sempurna dalam membimbing keluarga, menunaikan hak istri, mendidik anak, serta memiliki tanggung jawab dalam menjaga kehormatan keluarga.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Jika datang melamar kepadamu orang yang engkau ridho agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dengannya, jika kamu tidak menerimanya, niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang luas.” (HR. Tirmidzi, hasan)
Seorang laki-laki bertanya kepada Hasan bin ‘Ali, “Saya punya seorang putri, siapakah kiranya yang patut jadi suaminya ?” Hasan bin ‘Ali menjawab, “Seorang laki-laki yang bertaqwa kepada Allah, sebab jika ia senang ia akan menghormatinya, dan jika ia sedang marah, ia tidak suka zalim kepadanya.”
2. Memilih calon suami yang bukan dari golongan orang fasiq, yaitu orang yang rusak agama dan akhlaknya, suka berbuat dosa, dan lain-lain.
“Siapa saja menikahkan wanita yang di bawah kekuasaanya dengan laki-laki fasiq, berarti memutuskan tali keluarga.” (HR. Ibnu Hibban, dalam Adh-Dhu’afa’ & Ibnu Adi)
Ibnu Taimiyah berkata, “Laki-laki itu selalu berbuat dosa, tidak patut dijadikan suami. Sebagaimana dikatakan oleh salah seorang salaf.” (Majmu’ Fatawa 8/242)
3. Laki-laki yang bergaul dengan orang-orang sholeh.
4. Laki-laki yang rajin bekerja dan berusaha, optimis, serta tidak suka mengobral janji dan berandai-andai.
5. Laki-laki yang menghormati orang tua kita.
6. Laki-laki yang sehat jasmani dan rohani.
7. Mau berusaha untuk menjadi suami yang ideal, diantaranya: Melapangkan nafkah istri dengan tidak bakhil dan tidak berlebih-lebihan; memperlakukan istri dengan baik, mesra, dan lemah lembut; bersendau gurau dengan istri tanpa berlebih-lebihan; memaafkan kekurangan istri dan berterima kasih atas kelebihannya; meringankan pekerjaan istri dalam tugas-tugas rumah tangga; tidak menyiarkan rahasia suami istri; memberi peringatan dan bimbingan yang baik jika istri lalai dari kewajibannya; memerintahkan istri memakai busana muslimah ketika keluar; menemani istri bepergian; tidak membawa istri ke tempat-tempat maksiat; menjaga istri dari segala hal yang dapat menimbulkan fitnah kepadanya; memuliakan dan menghubungkan silaturahim kepada orang tua dan keluarga istri; memanggil istri dengan panggilan kesukaannya; dan yang terpenting bekerjasama dengan istri dalam taat kepada Allah Ta’ala.
Satu hal yang perlu kita ingat saudariku, bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Jangan pernah membayangkan bahwa laki-laki yang sholeh itu tidak punya cacat & kekurangan. Tapi, satu hal yang tidak boleh kita tinggalkan adalah ikhtiar dengan mencari yang terbaik untuk kita, serta bertawakal kepada Allah dengan diiringi do’a.
Penyusun: Ummu Ibrohim (Bulletin Zuhairoh)
Muroja’ah: Ust. Aris Munandar
Maroji’:
Ensiklopedi Wanita Muslimah. Haya bintu Mubaroh Al-Barik.
***
Artikel www.muslimah.or.id
Senin, 28 September 2009
Nasehat kepada para pengguna INTERNET...
oleh :SYAIKH SALIM AL-HILALI
سئل فضيلة الشيخ سليم بن عيد الهلالي -حفظه الله- في (دورة الإمام الألباني للعلوم الشرعية واللغوية) هذا السؤال: ما هي نصيحتك لرواد شبكات الإنترنت السلفيّة؟ نرجو جواباً شافياً كافياً
Fadhilatus Syaikh Salim bin Ied al-Hilali –hafizhahullahu- ditanya pada saat “Dauroh al-Imam al-Albani tentang Ilmu Syariah dan Bahasa” sebagai berikut : ”Apakah nasihat anda bagi website-website salafi di internet? Kami mengharapkan jawaban yang cukup dan memuaskan.”
الجواب
إن شبكة (الإنترنت) في هذا الزّمان أصبحت تَخترق الحدود، وتَخترق الحُجب وتَدخل البيوت والمكاتب . . . وكثيرا من أماكننا دون استئذان منّا وهي في الحقيقة تقدم علمي رهيب , اختصر الزمان، ويستطيع الإنسان أن يَحصل بواسطته على معلومات مكثَّفة كبيرة جدّاً، فهي نعمة من نِعَم الله -سبحانⵗ وتعالى- على الإنسان، علّمه ما لا يعلم، وكان فضل الله عليه كبيراً؛ لكن هذه النّعمة كغيرها لها شاكرون، وبها أناسٌ كافرون
Jawaban :
Sesungguhnya website internet di zaman ini telah menembus batas dan menerobos menembus rintangan serta telah memasuki rumah-rumah dan kantor-kantor... dan banyak lagi masuk ke rumah-rumah kita tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada kita. Pada hakikatnya, website ini menyodorkan kepada kita banyak sekali ilmu, mempersingkat waktu dan manusia dapat memperoleh banyak ilmu dan maklumat (berita) melalui perantaraannya. Hal ini tentu saja merupakan nikmat yang dianugerahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada manusia, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak mereka ketahui, dan Allah memberikan keutamaan besar bagi manusia. Namun nikmat ini, sebagaimana nikmat-nikmat lainnya, maka pasti akan ada orang-orang yang bersyukur dan ada pula yang kufur.
فأما الشاكرون لها فهم الذين يستخدمونها في الدعوة إلى الله، وفي تعليم الناس ما ينفعهم من العلوم النافعة : من كتاب الله وسنة رسول الله –صلى عليه وسلم-، وعلم الحديث، وعلم التفسير، وعلم أصول الفقه، وغيره من العلوم النافعة
Adapun orang-orang yang bersyukur, maka mereka menkhidmatkan websitenya untuk berdakwah di jalan Allah, mengajarkan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi manusia, mengajarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, mengajarkan ilmu hadits, ilmu tafsir, ilmu ushul fiqh dan ilmu-ilmu yang bermanfaat lainnya
والحقيقة بالتجربة أو بتجارب بعض إخواننا وجدنا أنهم يستطيعون أن يُعلموا من خلالها، ويعقدوا دورات من خلالها، فنسأل الله –سبحانه تعالى- أن يَجزيهم خير الجزاء.
Pada hakikatnya, dengan praktek ataupun saling mempraktekan diantara saudara-saudara kita, kita mengetahui bahwa mereka mampu belajar melalui perantaraan internet dan mereka mampu memasukkan dauroh-dauroh melalui internet (menjadi live sehingga manfaatnya semakin menyebar, pent.). Kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar membalas mereka dengan ganjaran yang baik.
والشق الثاني: أن هذه الشبكة أصبحت مرتعاً (لفتنة الشبهات) و ( فتنة الشهوات)، فالذي يدخل على هذه الشبكة، فأنا أقول: عليه أن يتقي الله في نفسه وفي بصره، ولا ينظر إلى المحرمات، ولا ينظر إلى المواقع الإباحية، ولا ينظر إلى ما يُثير الشهوات والغرائز ويُأجّج الشهوة، وأن هذه مصيرها أو مآلها عواقبه وخيمة، وبِخاصّة على الأسر، وبِخاصة على الشباب الذين هم في فترة مراهقة، فليكن الإنسان متقياً لله -عز وجل- في خلوته وجلوته، في حركته وسكوته، في حله وترحاله، وعلى الآباء أن يراقبوا الأبناء، وأن يعرفوا ماذا يتصرف الأبناء.
Di sisi lain, ada website-website yang menjadi tempat pemeliharaan bagi ”fitnah syubuhat” dan ”fitnah syahwat”. Maka barangsiapa yang memasuki website ini, saya katakan kepadanya : Hendaklah dirinya takut kepada Allah atas dirinya dan pengelihatannya, janganlah melihat kepada apa yang diharamkan, jangan melihat situs-situs website yang vulgar, dan jangan pula melihat kepada hal-hal yang dapat membangkitkan syahwat dan naluri serta mengobarkan nafsu. Hal yang demikian ini akan membawa dan menggiring kepada malapetaka yang dahsyat, khususnya kepada keluarga dan khususnya lagi kepada para pemuda yang mana mereka berada di fase remaja yang rapuh. Hendaknya seorang manusia itu takut kepada Allah Azza wa Jalla baik tatkala sendirian maupun di tempat umum, baik di saat bergerak maupun di saat diam, baik di dalam rumahnya ataupun di dalam perjalanannya. Hendaknya para bapak benar-benar mengawasi anak-anak mereka dan mereka mengetahui apa yang dilakukan oleh anak-anak mereka.
أمَّا بالنسبة لفتنة الشبهات فحدث عنها ولا حرج! فأصبح يكتب في هذه الشبكات وهذه المواقع من لا يٌعرف اسمه ولا وصمه ولا شكله ولا أصله ولا فصله، كلها كنى: أبو فلان وأبو علان وأبو زيد وأبي عمرو! يَجلس أحدهم خلف الكمبيوتر وما ندري لعله شيطان يكتب، أو لعله عميل لدوائر المخابرات و الاستخبارات يكتب، يفرق فيه الشباب، ويثير النَّعرات ويلقي الشبهات ويتكلم بما يغضب الله وما يغضب رسوله -صلى الله عليه وسلم-، وأصبح الولاء والبراء في هذه الشبكات وهذه المواقع -للأسف- &على أشخاص، وعلى أفراد بعينهم، فأي عقل وأي دين وأي شرع وأي عُرف يبيح أو يستبيح أن يفرق الشباب! أو يعادي أو يوالي على شخص! أو شخصين! أو غيرهما!! ونفرق الدعوة في العالم على الولاء لهذا الشخص أو المعادى لهذا الشخص !!!
Adapun mengenai fitnah syubuhat, maka membicarakan tentangnya bukanlah hal yang sulit! Di website ini (fitnah syubuhat, pent.), yang terjadi adalah orang-orang menulis di situs dan website tidaklah dikenal namanya, tidak diketahui gambarannya, asalnya dan tidak pula keluarganya. Semuanya hanya berkunyah : Abu Fulan, Abu Allan, Abu Zaid, Abu Amru! Salah seorang dari mereka ada yang duduk di bekakang komputer, sedangkan kita tidak tahu apakah dia ini seorang syetan yang sedang menulis ataukah dia ini adalah orang yang bekerja untuk agen rahasia yang sedang menulis. Dia memecah belah para pemuda, mengobarkan semangat arogan dan melemparkan syubuhat serta ia berbicara dengan ucapan yang dimurkai oleh Allah dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Wala’ (loyalitas) dan Baro’ (berlepas diri) di website dan situs ini semata-mata hanya ditujukan pada individu atau person-person tertentu. Akal bagaimanakah, syariat apakah dan budaya manakah yang membolehkan atau menghalalkan untuk memecah
belah para pemuda.!! Atau memusuhi dan berwala pada satu orang! Atau dua orang! Atau selainnnya!! Dan memecah belah dakwah di dunia atas dasar berwala’ pd orang ini atau memusuhi orang itu!!
أقول: إن كنتَ تستطيع أن تنتفعَ من هذه المواقع فأنت لك حرية الاختيار، وإن كنتَ لا تدري ماذا يقال ولا تستطيع أن تُميز بين ما يُكتب فإياك وإياها فإنها (مواقع للفتنة)، وبِخاصة بعض المواقع التي لَبِسَت لبُوس السلفيّة مثل: موقع (أنا السلفي)! أو موقع (سحاب)! أو موقع (أهل الحديث)! هذه من المواقع التي يديرها أهل الأهواء وأهل البدع وأهل الضلالات، وبعضهم معروف المشبوهة بانتماءاته.
Saya katakan : Jika kamu mampu untuk mengambil manfaat dari situs ini, dan kamu juga memiliki kebebasan untuk memilih. Namun jika kamu tidak mengetahui apa yang dikatakan dan kamu tidak mampu memilah-milah apa yang ditulis di dalam situs ini, maka berhati-hatilah kamu dari situs ini, karena sesungguhnya situs ini adalah ”situs fitnah”, terkhusus lagi dengan situs-situs yang berpakaian dengan pakaian salafiyah seperti : ”anasalafi”!* atau ”sahab”!** ataupun ”ahlul hadits”! Situs-situs ini merupakan situs yang dikelola oleh ahlul ahwa’, ahlul bid’ah dan ahlu dholalah (para pengikut kesesatan). Dan diantara mereka telah dikenal akan klaim palsunya (terhadap dakwah salafiyah).
فأقول يا إخواني!: لو أنفقنا أوقاتنا التي نقضيها وراء (الكمبيوتر) لندخل على هذه المواقع في طلب العلم الشرعي أو لقراءة كتاب نافع ،أو في سؤال أهل العلم أو في سماع أشرطتهم لكان خير لنا، وأدوم عاقبة، وأنفع فائدة (ا.هـ)
Adapun mengenai fitnah syubuhat, maka membicarakan tentangnya bukanlah hal yang sulit! Di website ini (fitnah syubuhat, pent.), yang terjadi adalah orang-orang menulis di situs dan website tidaklah dikenal namanya, tidak diketahui gambarannya, asalnya dan tidak pula keluarganya. Semuanya hanya berkunyah : Abu Fulan, Abu Allan, Abu Zaid, Abu Amru! Salah seorang dari mereka ada yang duduk di bekakang komputer, sedangkan kita tidak tahu apakah dia ini seorang syetan yang sedang menulis ataukah dia ini adalah orang yang bekerja untuk agen rahasia yang sedang menulis. Dia memecah belah para pemuda, mengobarkan semangat arogan dan melemparkan syubuhat serta ia berbicara dengan ucapan yang dimurkai oleh Allah dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Wala’ (loyalitas) dan Baro’ (berlepas diri) di website dan situs ini semata-mata hanya ditujukan pada individu atau person-person tertentu. Akal bagaimanakah, syariat apakah dan budaya manakah yang membolehkan atau menghalalkan untuk memecah
belah para pemuda.!! Atau memusuhi dan berwala pada satu orang! Atau dua orang! Atau selainnnya!! Dan memecah belah dakwah di dunia atas dasar berwala’ pd orang ini atau memusuhi orang itu!!
أقول: إن كنتَ تستطيع أن تنتفعَ من هذه المواقع فأنت لك حرية الاختيار، وإن كنتَ لا تدري ماذا يقال ولا تستطيع أن تُميز بين ما يُكتب فإياك وإياها فإنها (مواقع للفتنة)، وبِخاصة بعض المواقع التي لَبِسَت لبُوس السلفيّة مثل: موقع (أنا السلفي)! أو موقع (سحاب)! أو موقع (أهل الحديث)! هذه من المواقع التي يديرها أهل الأهواء وأهل البدع وأهل الضلالات، وبعضهم معروف المشبوهة بانتماءاته.
Saya katakan : Jika kamu mampu untuk mengambil manfaat dari situs ini, dan kamu juga memiliki kebebasan untuk memilih. Namun jika kamu tidak mengetahui apa yang dikatakan dan kamu tidak mampu memilah-milah apa yang ditulis di dalam situs ini, maka berhati-hatilah kamu dari situs ini, karena sesungguhnya situs ini adalah ”situs fitnah”, terkhusus lagi dengan situs-situs yang berpakaian dengan pakaian salafiyah seperti : ”anasalafi”!* atau ”sahab”!** ataupun ”ahlul hadits”! Situs-situs ini merupakan situs yang dikelola oleh ahlul ahwa’, ahlul bid’ah dan ahlu dholalah (para pengikut kesesatan). Dan diantara mereka telah dikenal akan klaim palsunya (terhadap dakwah salafiyah).
فأقول يا إخواني!: لو أنفقنا أوقاتنا التي نقضيها وراء (الكمبيوتر) لندخل على هذه المواقع في طلب العلم الشرعي أو لقراءة كتاب نافع ،أو في سؤال أهل العلم أو في سماع أشرطتهم لكان خير لنا، وأدوم عاقبة، وأنفع فائدة (ا.هـ)
Maka saya katakan wahai saudara-saudaraku! : Sekiranya kita luangkan waktu kita di belakang komputer dan kita membuka situs-situs ini dalam rangka menuntut ilmu syar’i, ataupun dalam rangka membaca buku yang bermanfaat, ataupun untuk bertanya kepada ahli ilmu atau mendengarkan kaset-kaset ceramah mereka, maka yang demikian ini lebih baik bagi kita, akibatnya lebih baik dan faidahnya lebih besar. (selesai).
سجل بتاريخ (1/6/1424هـ - الموافق 31/17/2003)
(Dialihbahasakan oleh Abu Salma bin Burhan at-Tirnati dari muntada al-Albani (www.almenhaj.net))
Saran dan kritikan alamatkan ke : http://dear.to/abusalma
Mulahadhot (catatan) : (Tidak perlu dibaca bagi yang baru belajar manhaj salafi!!!)
Syaikh Salim hafizhahullahu berkata :
karena sesungguhnya situs ini adalah ”situs fitnah”, terkhusus lagi dengan situs-situs yang berpakaian dengan pakaian salafiyah seperti : ”anasalafi”!* atau ”sahab”!** ataupun ”ahlul hadits”! Situs-situs ini merupakan situs yang dikelola oleh ahlul ahwa’, ahlul bid’ah dan ahlu dholalah (para pengikut kesesatan). Dan diantara mereka telah dikenal akan klaim palsunya (terhadap dakwah salafiyah).
Untuk menghindarkan fitnah dan kesalahfahaman, ada beberapa hal yang perlu saya tambahkan tentang pernyataan syaikh Salim nafa’allahu bihi di atas. Dikarenakan Sahab adalah website yang dipuji oleh beberapa masyaikh Saudi, seperti Syaikh Rabi’ bin Hadi, Syaikh Ubaid al-Jabiri, Syaikh Ahmad Yahya an-Najmi dan selainnya. Demikian pula dengan anasalafi, website ini dibawah arahan Syaikh Khalid ar-Raddadi, seorang guru di Madrasah ’Aliyah Jami’ah Islamiyah Madinah.
Namun, tidak ada manusia yang ma’sum. Walaupun website ini adalah website yang didukung oleh para ulama, hal ini tidaklah menjadikan website ini bebas dari kesalahan. Khususnya yang menimpa para administrator dan webmasternya serta para pembacanya.
Syaikh Salim al-Hilali mentahdzir website ini dikarenakan ada beberapa hal yang melatarbelakanginya, diantaranya adalah :
1. Beberapa masyaikh yang mulia seperti Syaikh Abdul Malik Ramadhani al-Jazairi, Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, Syaikh Sholih bin Ghonim as-Sadlan, Syaikh DR. Abdurrazaq bin Abdil Muhsin al-Badr, seluruh masyaikh Markaz Imam Albani dan selain mereka dikritik dan dituduh tamyi’ oleh beberapa oknum di forum website anasalafi dan sahab. Mereka melakukan hal ini menyangkut masalah Abul Hasan dan selainnya. Oknum-oknum tersebut belakangan diketahui sebagai fanatikus Syaikh Falih bin Nafi’ al-Harbi yang telah ditahdzir oleh para masyaikh karena karakternya yang ghuluw di dalam masalah tabdi’ dan tajrih. Dia ditahdzir pertama kali oleh al-Walid al-Allamah Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr di dalam risalah beliau yang berjudul al-Hatstsu ’ala ittiba’is Sunnah wat Tahdziru minal Bida’ wa Bayaanu Khatariha.
2. Beberapa anggota forum di sahab dan anasalafi ini sangat fanatik terhadap person tertentu dan meletakkan kaidah wala dan baro’ di atas dasar individu atau perseorangan tertentu. Mereka seolah-olah seperti kaum sufiyah yang menyatakan bahwa syaikh mereka adalah bebas dari kesalahan, dan apa yang dikatakan oleh syaikhnya maka harus diterima dan jika menolaknya maka harus siap dicela dan ditahdzir. Sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Salim sendiri di atas. Demikian pula seluruh masyaikh telah menyatakan tentang bahayanya hal ini, karena dakwah salafiyah tidak berdiri di atas dasar mengafiliasikan manhaj kepada perseorangan atau personal tertentu.
3. Waqii’uhum ’alal Ulama (Mereka terjatuh kepada pencelaan terhadap ulama). Maksudnya, ulama-ulama yang berbeda ijtihad dengan ulama lain yang dipegangnya atau ulama-ulama yang keliru berijtihad, maka mereka tanpa segan-segan mencela dan menghancurkan kehormatannya. Seperti apa yang telah mereka lakukan kepada Syaikh Sholih al-Luhaidan, Syaikh Bakr Abi Zaid, Syaikh Ibnu Jibrin, Syaikh Usamah al-Qusy, bahkan Syaikh Salim al-Hilali sendiri yang mereka tuduh sebagai hizbi!!!
Hal yang menguatkan hal ini dan menunjukkan bahwa ucapan syaikh Salim di sini benar, adalah pada tahun 1424 ketika fitnah semakin bergejolak, Syaikh Rabi’ bin Hadi hafizhahullahu mengkritik webmaster sahab, anasalafi dan atsari. Nasehat syaikh Rabi’ ini dimuat di sahab dan anasalafi (ana memiliki hard copy nasehat beliau ini, jika dirasa bermanfaat dan apabila ada waktu insya Allah akan ana terjemahkan). Kemudian mengalir nasehat-nasehat yang serupa dari masyaikh lainnya, seperti Syaikh Ubaid al-Jabiri hafizhahullahu.
Perlu diketahui, bahwa Syaikh Salim di sini tidak mentahdzir secara mutlak terhadap website ini, karena jika para pembaca sekalian memperhatikan kalimat syaikh Salim berikutnya, pembaca budiman akan melihat bahwa Syaikh Salim al-Hilali hafizhahullahu memperbolehkan mengambil faidah darinya. Sebab, jika sekiranya tahdzir beliau adalah mutlak, maka tidaklah boleh kira beristifadah dari wesbite ahlul bid’ah, terlebih lagi sungguh sangat jauh dari hakikatnya apabila sahab yang kaya dengan ilmu ini dikatakan sebagai website ahlul bid’ah, ahlul ahwa dan ahlu dholalah
Lantas jika ditanyakan, bagaimana dengan ucapan Syaikh Salim al-Hilali hafizhahullahu yang secara tegas menyatakan sebagai ahlul bid’ah, ahlul ahwa dan ahlu dholalah???
Maka saya jawab : jika antum membaca seluruh ucapan syaikh dan antum mengetahui masalah yang melingkupi hal ini, maka antum akan melihat, bahwa di sini syaikh mengatakan –menurut dari pengamatan yang beliau lakukan- bahwa webmaster dari situs-situs inilah atau oknum-oknum tertentulah yang beliau katakan sebagai ahlul bid’ah, ahlul ahwa dan ahlu dholalah yang mana mereka berpakaian dengan pakaian salafi.
Mungkin –wallahu a’lam- yang beliau maksudkan adalah ahlul fitnah pembebek Falih bin al-Harbi al-Haddadi yang berada di dalam barisan webmaster situs ini. Dan dugaan syaikh ini separuhnya benar, karena beberapa oknum webmasternya terbukti terpengaruh oleh manhajnya Falih al-Harbi, yang hal ini begitu tampak tatkala mereka membela syaikh Falih al-Harbi mati-matian sebelum dirinya ditahdzir. Namun setelah ditahdzir, sebagian dari mereka mau baro’ dengan dirinya dan menerima al-Haq, falhamdulillah.
Yang menjadi saksi atas hal ini juga adalah, begitu eratnya tiga website : sahab, anasalafi dan atsari ini, sehingga setiap ada artikel di sahab, pastilah anasalafi dan atsari juga memuatnya, dan demikian pula sebaliknya. Bahkan tidak heran pula ada nama-nama yang sama pada anggota webmaster dari ketiga website ini. Namun, ketika syaikh Falih ditahdzir, sahab dan anasalafi berlepas diri dari syaikh Falih, berbeda dengan atsari yang membela habis-habisan syaikh Falih hingga akhirnya mereka semakin nyata di dalam pembelaan terhadap manhaj Haddadi. Sehingga yang haq menjadi terang bahwa tidaklah kekerasan dan arogansi di dalam dakwah terhadap saudaranya sesama ahlus sunnah melainkan Allah pasti akan membongkar kejahatannya.
Walillahil Hamdu...
Diambil dari mailing list assunnah@yahoogroups.com
WANITA MUSLIMAH MENIKAH DENGAN LAKI-LAKI NON MUSLIM ???
Oleh
Syaikh Muhammad bin Ibrahim
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Ibrahim ditanya : "Bagaimana hukumnya wanita muslimah menikah dengan laki-laki non muslim?"
Jawaban.
Pernikahan tersebut batil karena bertentangan dengan dalil-dalil dari Al-Qur'an dan hadits serta ijma' para ulama.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke Neraka, sedang Allah mengajak ke Surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran" [Al-Baqarah : 221]
Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka" [Al-Mumtahanah : 10]
Sebab pernikahan semacam itu hanya akan merusak aqidah dan agama wanita muslimah. Oleh sebab itu Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman di dalam ayat di atas " Mereka mengajak ke Neraka". Artinya secara umum tindakan orang-orang musyrik baik segi ucapan atau perbuatan mereka selalu mengajak ke neraka. Lewat hubungan pernikahan seseorang sangat mudah mempengaruhi orang lain. Apalagi sang suami pada umumnya menghendaki dan berusaha agar sang istri mengikuti agama yang dia yakini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka" [Al-Baqarah : 120]
Laki-laki non muslim bukan pasangan yang sesuai bagi wanita muslimah sebab dalam timbangan hukum Islam hak suami menuntut adanya kelebihan dari hak istri. Dan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita)" [An-Nisa':34]
Hak-hak yang ada dalam ayat ini tidak akan tercapai apabila rumah tangga terdiri dari suami kafir dan istri seorang wanita muslimah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman" [An-Nisa : 141]
Secara naluri zhahir maupun batin seorang istri lebih lemah dibanding suami, padahal Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Islam itu tinggi tidak bisa diungguli agama apapun". Siapa saja yang melakukan pernikahan tersebut harus dikenakan sanksi tegas sesuai dengan hukum Islam.
Barangsiapa yang melegalkan dan menganggap halal atas pernikahan tersebut, maka telah keluar dari agama Islam. Akan tetapi apabila seseorang melakukan pernikahan tersebut hanya ikut-ikutan dan tidak menganggap halal, maka dia telah berbuat dosa besar dan kejahatan yang sangat keji tetapi tidak keluar dari agama Islam. Dan wanita yang melakukan perbuatan tersebut harus dikenakan sanksi berupa rajam bagi wanita janda dan didera seratus kali dan dibuang selama setahun bagi wanita gadis. Tetapi bila seorang wanita melakukan perbuatan tersebut atas dasar ketidaktahuan, maka sanksi dan hukuman tersebut menjadi gugur sebab terdapat subhat di dalamnya.
Pernikahan yang terlaksana wajib segera dibatalkan dan laki-laki non muslim tersebut harus juga dikenakan sanksi sesuai dengan yang berlaku. Bagi pihak yang berwenang harus jeli dalam melihat kemaslahatan hukum syar'i dan tegas dalam menangani kasus seperti ini. Jika secara hukum agama dan maslahat umum seorang non muslim tersebut harus dibunuh, maka langkah tersebut harus dipenuhi.
[Fatawa wa Rasaail Syaikh Muhammad bin Ibrahim, juz 10/136-138]
[Disalin dari kitab Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Maratil Muslimah, Penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita, Penerjemah Amir Hamzah Fakhruddin, Penerbit Darul Haq]
Sumber: http://www.almanhaj.or.id/
Menuju Rumah Tangga Islami
Pernikahan adalah peletakan batu pertama untuk sebuah bangunan keluarga. Dan rumah tangga bahagia tidak mungkin tercipta melainkan harus ditegakkan di atas pilar-pilar yang mencakup beberapa unsur antara lain; ketenangan atau sakinah; saling mencintai; saling mengasihi dan menyayangi; dan saling melindungi. Seperti firman Allah yang artinya: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah, dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Ar Ruum 21)
Apabila keluarga telah menegakkan nilai-nilai tersebut, maka tingkat rumah tangga yang ideal bisa tercapai dan cita-cita untuk menuju keluarga bahagia dan sakinah bisa terwujud. Jika sebuah keluarga dibangun dengan baik tentunya akan menyemai benih kehidupan rumah tangga dengan penuh kejujuran, kebersamaan, keterbukaan, saling pengertian, saling melengkapi, saling percaya dan saling membutuhkan; dan secara otomatis akan terbangun rasa cinta yang tulus, kemesraan dan tanggung jawab di antara anggota keluarga.
Metode Islam Dalam Membina Keluarga Bahagia
Keadilan dan pergaulan yang baik antara suami dan isteri adalah landasan utama untuk membentuk keluarga bahagia sejahtera. Untuk menegakkan tujuan mulia di atas seluruh anggota keluarga harus memperhatikan beberapa aspek di bawah ini:
1. Aspek Pembinaan Suami dan Isteri
Stabilitas rumah tangga merupakan tanggung jawab suami dan isteri. Dalam Islam seorang bapak bertugas untuk menjadi pemimpin, pembina dan pengendali keluarga dan roda rumah tangga, sebagaimana firman Allah yang artinya: "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita) dan mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka". (An Nisa'- 34)
Adapun ibu memiliki tugas yang lebih mulia yaitu merawat rumah beserta isinya dan mendidik anak serta menjaga segala amanat rumah tangga sehingga ibu laksana madrasah bagi anak-anaknya seperti yang dituturkan sebagian ahli syair:
"Ibu bagaikan sekolahan, apabila engkau persiapkan dia, berarti engkau telah mempersiapkan suatu bangsa dengan dasar yang baik".
Jadi kedua orang tua yang baik merupakan modal utama untuk memben-tuk keluarga bahagia dan sejahtera.
2. Aspek Keimanan Keluarga
Tiang peyangga utama rumah tangga adalah agama dan moral. Rumah tangga hendaknya bersih dari segala bentuk kesyirikan dan tradisi jahiliyah, serta semarak dengan aktifitas ibadah seperti salat, puasa, membaca Al-Qur'an dan berdzikir sehingga rumah terlihat hidup dan sehat secara jasmani dan rohani, sejalan dengan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
Perumpamaan rumah yang di dalamnya ada dzikrullah, dan rumah yang tidak ada dzikrullah di dalamnya, ibarat orang hidup dan orang mati".
Seluruh anggota keluarga harus membiasakan berdo'a terlebih tatkala keluar dan masuk rumah dan do'a-do'a yang lain. Biasakan di dalam rumah untuk selalu membaca surat Al-Baqarah, karena itu bisa mengusir syaithan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Janganlah jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan! Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al Baqarah".
3. Aspek Ilmu Agama Keluarga
Mendidik dan mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada keluarga hukumnya wajib. Firman Allah, artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya menusia dan batu".
Imam At-Thabari menyatakan bahwa ayat di atas mewajibkan kepada kita agar mengajari anak-anak dan keluarga kita tentang agama dan kebaikan serta apa-apa yang dipentingkan dalam persoalan adab dan etika.
Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya: "Tiga orang yang mendapat dua pahala; seorang dari ahli kitab yang beriman kepada nabinya dan kemudian beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam ; seorang hamba sahaya yang mampu menunaikan hak Allah dan hak majikannya; dan seorang laki-laki yang mempunyai hamba sahaya perempuan lalu ia mendidiknya dengan baik, mengajarinya dengan baik, kemudian ia memerdeka-kannya lalu menikahinya maka baginya dua pahala, (HR. Al-Bukhari)
Lebih penting lagi mengajari wanita tentang ilmu agama di rumah-rumah seperti yang telah dilakukan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallah 'anhu telah menuturkan bahwa pernah para wanita mengeluh kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengatakan: "Kami telah dikalahkan kaum laki-laki dalam berkhidmat kepadamu, karena itu buatlah untuk kami suatu hari dari harimu." Maka beliaupun menyediakan waktu khusus untuk bertemu dengan mereka lalu beliau memberi nasehat dan memerintah mereka.
Dengan demikian pengadaan perpustakaan mini, tape rekorder dan audio visual serta mendatangkan ulama atau orang saleh ke rumah merupakan langkah yang tepat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan keluarga.
4. Aspek Ibadah dan Moral
Aspek ibadah yang terpenting adalah shalat, baik shalat fadhu ataupun sunnah. Laki-laki hendaknya membiasakan shalat di Masjid dan perempuan dianjurkan shalat di rumah. Shalat sunnah bagi semuanya lebih utama dilakukan di rumah berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Sebaik-baik shalat laki-laki adalah di rumahnya, kecuali shalat fardhu". (H.R Abu Daud)
Adapun aspek moral, hendaknya semua anggota keluarga menghiasi prilaku masing-masing dengan akhlaqul karimah dan adab yang mulia., seperti makan dengan tangan kanan, masuk rumah orang lain dengan izin, menghargai tetangga, menghormati tamu, melarang anak masuk ke kamar tidur bapak atau ibu tanpa izin khususnya waktu sebelum subuh, waktu tidur malam dan setelah shalat isya; mengintip rumah orang lain dan adab-adab terpuji lainnya. Dan sebisa mungkin menyingkirkan seluruh akhlaq tercela seperti berbohong, menipu, marah, menggunjing, ingkar janji dan semisalnya. Latihlah keluarga anda untuk selalu qana'ah dan rela terhadap pembagian Allah, mencintai dan dekat terhadap orang-orang miskin, senang bersilaturrahmi, hanya mengharap ridha Allah, dan berkata benar walapun dirasa pahit dan penuh resiko.
5. Aspek Sosial dan Lingkungan
Agar kehidupan sosial keluarga memiliki hubungan harmonis, maka sebaiknya setiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk mendiskusikan setiap masalah dan problem keluarga secara transparan dan terbuka sehingga seluruh masalah bisa terpecahkan sebaik mungkin.
Bagi orang tua sebaiknya tidak menampakkan konflik intern di hadapan anak-anak dan semaksimal mungkin merahasikan konflik yang terjadi, agar anak tidak terbebani secara mental , apalagi konflik tersebut membentuk kubu di antara anak-anak. Rumah juga harus diamankan agar tidak dimasuki orang-orang jahat dan orang fasik, sehingga anggota keluarga terbebas dari pengaruh kejahatan. Dan rumah harus kita selamatkan dari pengaruh media (televisi, koran, majalah dan lain-lain) yang merusak iman dan akhlaq, karena media itu lebih cepat memberi dampak negatif kepada keluarga.
Akhlaq Bergaul
A. Mentradisikan Pergaulan Yang Baik
Menumbuhkan sikap ramah dan santun. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Jika Allah menghendaki kebaikan kepada suatu keluarga maka Ia anugerahkan atas mereka sifat ramah lagi santun".
B. Tolong Menolong dalam Menyele-saikan Pekerjaan Rumah
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjahit baju, memperbaiki sandal dan mengerjakan pekerjaan lain dengan tangan sendiri, seperti yang telah dituturkan oleh Aisyah: "Sesungguhnya beliau adalah manusia di antara sekalian manusia, membersihkan bajunya, memerah susu kambingnya dan melayani dirinya". (HR. Ahmad)
C. Bersikap Lembut dan Bercanda dengan Keluarga
Bersikap lembut kepada isteri dan anak adalah salah satu faktor yang mampu menumbuhkan iklim yang sejuk dan hubungan yang mesra di tengah-tengah keluarga. Karena itu Rasulallah menasehati Jabir agar mencari jodoh yang gadis dan beliau bersabda:
"Kenapa tidak engkau pilih gadis sehingga engkau bisa mencandainya dan dia mencandaimu, dan engkau bisa membuatnya tertawa dan dia membuatmu tertawa".
Sangat banyak riwayat dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bercanda seperti beliau pernah bercanda dengan isterinya dikala mandi, dengan anak-anak kecil dan cucu-cucunya. Bahkan tatkala ada orang baduwi yang bernama Aqra' berkata:"Saya mempunyai sepuluh anak, saya tidak pernah mencium seorangpun dari mereka". Maka Rasulullah melihat kepadanya dan bersabda:"Barangsiapa yang tidak mengasihi, maka ia tidak dikasihi. (HR. Al-Bukhari)
D. Menyingkirkan Akhlaq Buruk dari Rumah
Segala sifat buruk dan tercela seperti dusta, menggunjing, mengadu domba atau semacamnya yang terjadi dalam rumah harus disingkirkan dan dibasmi. Dan untuk memberantas sifat buruk itu dibutuhkan kesabaran dan ketulusan karena sifat buruk itu cenderung muncul di tengah keluarga, terlebih bila lingkungan sekitar rumah rusak dan kurang Islami. Aisyah berkata: "Sesungguhnya apabila mengetahui salah satu dari anggota keluarganya berdusta, maka beliau terus berpaling darinya sehingga ia menyatakan bertaubat". (HR. Ahmad)
Demikian sekilas percikan nasehat menuju pembentukan rumah tangga yang islami. (Zaenal Abidin)
Sumber referensi:
1. Manhajut Tarbiyah An Nabawiyah lit Tifli, Muhammad Nur bin Abdul Hamid Suwaid.
2. 40 Nasehat Memperbaiki Rumah Tangga, Muhammad bin Saleh Al-Mun ajjid.
Jadikan Aku Sahabatmu
Posted in Buletin Studia Tahun ke Lima by abu fikri on the April 20th, 2007
Ngomongin soal sahabat, nggak kalah serunya ama nonton lega calcio atau bundes-liga. Kita pasti punya segudang cerita yang beda-beda. Kalo dibikin novel, mungkin Kamus Besar Bahasa Indonesia juga kalah tebelnya. Soalnya mereka punya ciri dan karakter sendiri-sendiri. Ada yang jahat, sinis bin jayus, ada juga yang baek van solider. Malah ada yang sering jadi OP alias objek penderita sepanjang masa (kayak Nobita aja!). Orang sastra bilang, أ¢â‚¬إ“friends are the flowers in the garden of the heartأ¢â‚? ciieeeأ¢â‚¬آ¦
Saking beragamnya sifat temen-temen kita, pengalaman pahit bersama mereka pun punya tempat dalam diary kita. Bisa jadi karena ada temen yang nggak bisa jaga rahasia atau nggak solider, kita bisa ngambek berhari-hari tuh. Malah sampai ada yang trauma en nggak mau temenan lagi. Jadi kesannya aku banget, egois, individualis, dan antisosial. Seperti penilaian Cinta pada Rangga yang diperankan Nicholas Saputra. Tapi, apa iya kita bisa jalanin hidup tanpa teman atau sahabat?
Padahal ada pepatah أ¢â‚¬إ“hidup tanpa teman, mati pun sendiriأ¢â‚?. Gak ada yang ngurusin, mandiin, nyolatin, atawa nganterin ke rumah masa depan berbatu nisan. Iihأ¢â‚¬آ¦ emangnya tikus got apa gak ada yang peduli. Nggaaak..eh, tidaaak!
Enaknya punya sahabat
Berburu sahabat sejati?
Sobat muda muslim, kita sering temenan dengan orang lain karena punya kepentingan yang sama. Karena kesamaan hobi, tempat nongkrong, makanan favo-rit, atau tipe lawan jenis. Jadi klop. Ngomong apa pun nyambung.
Karena itulah remaja sering kedapetan mendeklarasikan nama gank-nya. Nggak afdhol kalo sering ngumpul tapi nggak punya identitas. Maka jangan heran ngeliat coretan pylox berwarna bertuliskan nama-nama gank remaja. Biar orang pada kenal.
Ada anak cowok yang tergabung dalam gank أ¢â‚?anak haramأ¢â‚â„¢. Eit.أ¢â‚¬آ¦jangan suأ¢â‚â„¢udzhon dulu ya. Mereka bukan fans club sinetron yang dibintangi Dhea Ananda lho. Mereka kelompok?آ para pelajar yang biasa nunggu angkot di Halte?آ Ramayana yang disingkat أ¢â‚?haramأ¢â‚â„¢. Wacks??آ Ada juga lho anak cewek bikin gank bertajuk أ¢â‚?cicilأ¢â‚â„¢ (Cewek Imut, Cantik, nan Centil). Kayak kelompok Dina Olivia, Nirina Zubir, dan Maria Agnes dalam 30 Hari Mencari Cinta. Huhuy!
Kalo udah nge-gank, persahabatan seolah udah sampai level sejati. Saling curhat di antara mereka udah jadi keharusan. Teman udah jadi pimpinan klasemen untuk urusan sumber informasi dan biro konsultasi, biasanya konsul seputar lawan jenis, hobi, masalah dengan teman lain, juga masalah dengan keluarga.
Ada juga yang ikut-ikutan gabung ama gank sebagai simbol status. Siapa yang nggak ngerasa bangga bin hebat temenan dengan anak borju, anak basket, cheer leader, anak nongkrong, pelajar preman, atau anak pinter. Adakalanya, para anggotanya kudu unjuk gigi sampai over acting biar sama ama yang laen n tetep diterima. Walah, kirain cuma kacang aja yang lupa ama kulitnya?
Sayangnya, persahabatan karena kesamaan kepentingan atau nyari simbol status kayak gini rawan?آ per-pecahan. Suka ada tekanan dari temen kalo nggak setuju ama yang lainnya. Orang psi-kologi bilang Peer Pressure alias tekanan teman sebaya. Sehingga hard to say no meski itu bertentangan dengan hati nura-ni, norma masya-rakat, dan aturan Islam.
Dari sinilah awalnya remaja mulai kenalan ama narkoba, terlibat tawuran, aksi kriminal, atau seks bebas. Karena takut nggak ditemenin dan nggak punya temen. Mereka nggak bisa terima lagi kalo ada temennya yang insyaf, terus antigaul bebas, apalagi sering ngingetin kelakuan temen lain yang nggak islami. Kalo kejadian, orang insyaf itu bakal dimusuhin. Malah ada yang pake hukuman segala. Dianggap telah melanggar kesepakatan kelompok. Persis kayak persahabatan orang-orang di Barat sono.
Kalo udah kayak gini, cuma persahabatan semu yang ngikutin hawa nafsu yang bakal ditemui. Bukan tempatnya bagi kita yang berburu sahabat sejati. Betul?
Pesahabatan sejati ada dalam Islam
Sobat muda muslim, persahabatan sejati adalah sesuatu yang indah karena ia tidak mudah untuk dilupakan plus tidak mudah untuk diciptakan. Nggak gampang dilupain karena banyak kenangan yang nempel terus di memori otak kita. Sulit diciptakan karena faktanya perlu waktu lama untuk dapetin sahabat sejati. Sheila on Tujuh banget neh!
Kita gampang punya teman, tapi perlu proses yang panjang untuk dapetin seorang sahabat. Teman mungkin cuma luarnya aja, tapi sahabat, dalem baaanget. Apalagi di tengah merajalelanya pemikiran dan budaya Barat yang rusak. Tapi kamu jangan takut duluan untuk jalin persahabatan. Siapa pun pantas jadi sahabat kita. Asal kita punya prinsip yang jelas bin shohih dalam berteman. Biar kita bisa jaga diri. Karena temen pengaruhnya gede banget ama diri kita. Sabda Rasulullah: أ¢â‚¬إ“Orang itu mengikuti agama teman dekatnya; karena itu perhatikanlah dengan siapakah engkau berteman dekatأ¢â‚?. (HR Tirmidzi)
Nah, sekarang kita udah punya target siapa yang mo dijadiin sahabat. Temenan ama orang-orang yang baik agamanya bakal untung dunia-akhirat. Gimana nggak, dia selalu ngingetin kalo kita khilaf sebagai wujud rasa sayangnya. Kalo ada temen yang diem aja saat kita nggak tahu jalan, padahal di depan ada ju-rang, dia nggak pantas jadi sahabat kita. Betul?
Seorang sahabat nggak cuma bisa ngingetin dan ngasih nasihat doang, ia juga berkewajiban menolong saudaranya sesuai kemampuannya. Hal ini yang banyak dicontohin oleh para sahabat pada peristiwa hijrahnya Ra-sulullah dari Mekkah ke Madinah.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Kitab al-Bidayah jilid 3, halaman 228, bahwa saha-bat Anas ra mence-ritakan, أ¢â‚¬إ“Ketika Abdurrah-man bin Auf ra berhijrah ke Madinah, Ra-sulullah saw. mem-persaudarakannya dengan Saأ¢â‚â„¢ad bin al-Anshari ra. Kemudian Saأ¢â‚â„¢ad berkata kepada Abdurrahman bin Auf, أ¢â‚?Wahai saudaraku! Aku adalah salah seorang yang kaya di Madinah. Lihatlah! Ini adalah setengah dari harta kekayaanku, ambillah! Aku juga memiliki dua orang istri. Aku akan menceraikan salah seorang di antara mereka yang lebih engkau sukai, sehingga engkau bisa menikah dengannya.أ¢â‚â„¢ Abdurrahman bin Auf menjawab, أ¢â‚?Semoga Allah memberkahi keluarga dan kekayaanmu. Tapi, tunjukkan saja kepadaku jalan menuju ke pasar, agar aku dapat mencari peruntunganku dengan kedua tanganku sendiri.أ¢â‚â„¢
Bener kan, kalo persahabatan sejati cuma ada dalam Islam. Jadi nggak usah pikir-pikir untuk berburu sahabat sejati di mesjid, majelis taklim atau tempat-tempat pengajian. Karena di sana bercokol orang yang pantas kita jadikan shahabat. Di dunia maupun di akhirat alias di surga. Masak nggak kepengen?
Menjadi sahabat sejati
Sobat muda muslim, kalo أ¢â‚?buruanأ¢â‚â„¢ kita nggak dapet-dapet, nggak ada ruginya kita belajar untuk menjadi sahabat sejati buat temen kita. Dengan begitu nggak mustahil kalo sahabat dambaan kita datang dengan sendirinya. Dari teladan Rasulullah dan para shahabat, beberapa hal bisa kita ambil untuk menjadi sahabat sejati.
Biar ikatan persahabatan gak gampang putus, kita kudu sabar. Yakin deh, no bodys perfect. Gak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Namanya juga manusia, tempatnya salah dan lupa. Kalo dia salah, kita selidiki dulu kenapa dia berbuat salah. Bisa jadi lupa atau lagi ada masalah. Jadi lebih obyektif kalo mo ngingetin atau nasihatin. Nggak maen vonis, emangnya hakim. Dengan begitu kita berharap, hal-hal yang bisa bikin أ¢â‚?rameأ¢â‚â„¢ kayak salah paham atau nggak menghargai kesalahan temen bisa dikurangi. Kata Rasulullah: أ¢â‚¬إ“Jangan saling membenci, jangan saling memusuhi, jangan saling mendengki, dan jangan memu-tus hubungan. Jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara. Tidak diper-bolehkan seorang Muslim memboikot sesamanya selama lebih dari tiga hari.أ¢â‚? (HR Muslim dan Tirmidzi)
Kepercayaan dalam sebuah persahabatan juga mutlak diperlukan. Temen kita bakal dendam kalo kita jadi أ¢â‚?emberأ¢â‚â„¢. Ngebocorin rahasia atau aibnya. Bukannya kita cuek, tapi cukup kita aja yang tahu, terus ngingetin dan nggak lupa ikut bantu atasi kekurangannya. Sabda Rasul: أ¢â‚¬إ“Siapa saja yang menyembunyikan (aib) seorang muslim, maka Allah akan menyem-bunyikan (aibnya) di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba yang gemar menolong saudaranya. (HR Muslim)
Untuk mengokohkan ikatan persahabatan Rasulullah menganjurkan agar kita saling memberi hadiah atau mengucapkan salam saat bertemu. أ¢â‚¬إ“Tidaklah kalian akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidaklah kalian (benar-benar) beriman hingga kalian (saling) mencintai. Sukakah kalian jika aku tunjukkan sesuatu yang bila kalian lakukan akan membuat kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian. (HR Muslim)
Trus gimana dengan yang nonmuslim? Cukup jadikan mereka sebagai teman. Levelnya bakal naik jadi sahabat sekaligus sodara saat mereka mengucapkan syahadatain. Oke?
So, dalam hidup kita emang kudu punya teman dan sahabat. Kita udah cukup gede untuk berburu sahabat sejati yang bisa menambah keterikatan kita dengan Islam. Mengingatkan kita kepada Allah. Sekaligus menjadi kekuatan untuk melawan pengaruh buruk budaya Barat yang bebas berkeliaran di sekitar kita.
Oya jangan lupa, tetep pake aturan gaul Islam. Cowok temenan ama cowok. Yang cewek juga. Kalo cewek-cowok pengen jadi sahabat sejati, syaratnya kamu kudu berani ungkapin keinginan itu di depan petugas KUA. Lalu dilengkapi mahar, wali temen cewek, plus saksi-saksi. Hehe.. (itu mah namanya nikah dong?)
Oke deh, jangan malas dan malu jadi sahabat baik teman kita. Bisa nunggu, bisa juga kitanya yang duluan jadi baik buat sahabat kita. GImana? Jadi, jalin persahabatan, ting-galkan permusuhan! Siapa tahu nanti banyak yang bilang: أ¢â‚¬إ“Jadikan aku sahabatmuأ¢â‚? [hafidz]
(Buletin Studia - Edisi 184/Tahun ke-5/1 Maret 2003)
Percaya nggak percaya, ternyata waktu kita lebih banyak dihabiskan bersama teman yang bikin nyaman perasaan. Bukan cuma sejam-dua jam tapi bisa sampai seharian. Meski orangnya berganti-ganti, tetep statusnya temen. Ada temen maen di rumah, temen sekolah, temen kursus, temen di kost-an, temen nongkrong, sampai temen di dunia maya (bukan Mayasari Bhakti lho! Itu mah bus atuh!) yang biasa gabung dalam komunitas mailing list atau chatting room. Pokoke tiada hari tanpa kehadiran seorang teman. Yes
Punya temen emang asyik. Mereka yang bikin hidup kita indah, berwarna, dan rasanya serame Nano-Nano. Di mana pun dan kapan pun, kita akan ngerasa kesepian kalo nggak ada temen. Pas lagi ada masalah, mereka rela mengorbankan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membantu mencari jalan keluar. Pas lagi bete, mereka ikhlas jadi tempat sampah menampung segala keluh kesah kita. Pas lagi kena musibah, mereka yang meniupkan semangat hidup. Seolah mereka stand by 24 jam untuk membantu kita. Persis petugas pemadam kebakaran.
Pernah denger أ¢â‚?teman imajinasiأ¢â‚â„¢ yang biasa dimiliki anak kecil? Itu salah satu bukti kalo siapa pun butuh teman. Saat adik kecil kita nggak punya teman, mereka mencip-takannya dalam imajinasi. Tempat doi bebas ngomong apa aja. Sama kayak kita. Maka nggak usah heran bin merinding kalo ngeliat anak balita ngomong sendiri atau asyik ngobrol ama bonekanya. Kadang mereka cuma perlu orang yang mau dengerin cerita mereka.
Nggak salah dong kalo punya teman itu enak sekaligus kebutuhan. Jadi nggak egois, tapi belajar untuk berbagi. Rugi banget kalo kita nggak punya teman. Masak kalah ama anak kecil… (*ngomporin neh ceritanya)
Tak Mau Berjilbab, Alasan dan Jawaban
2. Saya Menerima Hijab, Namun Orang Tua Melarang.
Kalau saya tidak taat kepada orang tua, saya bisa masuk neraka. Kepada saudariku kita beritahukan bahwa memang benar orang tua memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia, dan kita diperintahkan untuk berbakti kepada mereka. Namun taat kepada orang tua dibolehkan dalam hal yang tidak mengandung maksiat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala , sebagaimana dalam firman-Nya, artinya,
"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya," (QS. Luqman:15)
Meskipun demikian kita tetap harus berbuat baik kepada kedua orang tua kita selama di dunia ini.
Inti permasalahannya adalah, bagaimana saudari taat kepada orang tua namun bermaksiat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya, padahal Allah Subhannahu wa Ta'ala adalah yang menciptakan anda, memberi nikmat, rizki, menghidupkan dan juga yang menciptakan kedua orang tua saudari?
3. Saya Tidak Punya Uang untuk Membeli Jilbab
Ada dua kemungkinan wanita muslimah yang mengucapkan seperti ini, yaitu mungkin dia berdusta dan mungkin juga dia jujur. Jika dalam kesehariannya dia mampu membeli berbagai macam pakaian dengan model yang beraneka ragam, mampu membeli perlengkapan ini dan itu, maka berarti dia telah bohong. Dia sebenarnya memang tidak berniat untuk membeli pakaian yang sesuai tuntunan syari'at. Padahal pakaian syar،¦i biasanya tidak semahal pakaian-pakaian model baru yang bertabarruj.
Maka apakah saudari tidak memilih pakaian yang seharusnya dikenakan oleh seorang wanita muslimah. Apakah anda tidak memilih sesuatu yang dapat menyelamatkan anda dari adzab Allah Subhannahu wa Ta'ala dan kemurkaan-Nya? Ketahuilah pula bahwa kemuliaan seseorang bukan pada model pakaiannya, namun pada takwanya kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala . Dia telah berfirman, artinya,
"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu." (QS. al-Hujurat:13)
Adapun jika memang anda seorang yang jujur, jika benar-benar saudari berniat untuk memakai jilbab maka Allah Subhannahu wa Ta'ala akan memberikan jalan keluar. Allah Subhannahu wa Ta'ala telah mengatakan, artinya,
"Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya." (QS. ath-Thalaq 2-3)
Kesimpulannya adalah bahwa untuk mencapai keridhaan Allah dan untuk mendapatkan surga, maka segala sesuatu akan menjadi terasa ringan dan mudah.
4. Cuaca Sangat Panas
Jika saudari beralasan bahwa cuaca sangat panas, kalau memakai jilbab rasanya gerah, maka saudari hendaklah selalu mengingat firman Allah Subhannahu wa Ta'ala , artinya,
"Katakanlah, "Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya)" jikalau mereka mengetahui."(QS. 9:81)
Apakah anda menginginkan sesuatu yang lebih panas lagi daripada panasnya dunia ini, dan bagaimana saudari menyejajarkan antara panasnya dunia dengan panasnya neraka? Yang dikatakan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala , artinya,
"Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah." (QS. 78:24-25)
Wahai saudariku, ketahuilah bahwa surga itu diliputi dengan berbagai kesusahan dan segala hal yang dibenci nafsu, sedangkan neraka dihiasi dengan segala yang disenangi hawa nafsu.
5. Khawatir Nanti Aku Lepas Jilbab Lagi
Ada seorang muslimah yang mengatakan, "Kalau aku pakai jilbab, aku khawatir nanti suatu saat melepasnya lagi." Saudariku, kalau seseorang berpikiran seperti anda, maka bisa-bisa dia meninggalkan seluruh atau sebagian ajaran agama ini. Bisa-bisa dia tidak mau shalat, tidak mau berpuasa karena khawatir nanti tidak bisa terus melakukannya.
Itu semua tidak lain merupakan godaan dan bisikan setan, maka hendaklah suadari mencari sebab-sebab yang dapat menjadikan anda selalu beristiqamah. Di antaranya dengan banyak berdo'a agar diberikan ketetapan hati di atas agama, bersabar dan melakukan shalat dengan khusyu'. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, artinya,
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'." (QS. 2:45)
Jika saudari telah memegang teguh sebab-sebab hidayah dan telah merasakan manisnya iman maka saudari pasti tidak akan meninggalkan perintah Allah Subhannahu wa Ta'ala , karena dengan melaksanakan itu anda akan merasa tentram dan nikmat.
6. Aku Takut Tidak Ada Yang Menikahiku
Saudariku! Sesungguhnya laki-laki yang mencari istri seorang wanita yang bertabarruj, membuka aurat dan senang melakukan berbagai kemaksiatan maka dia adalah laki-laki yang tidak memiliki rasa cemburu. Dia tidak cemburu terhadap yang diharamkan Allah Subhannahu wa Ta'ala, tidak cemburu terhadapmu, dan tidak akan membantumu dalam ketaatan, menuju surga serta menyelamatkanmu dari neraka.
Jadilah engkau wanita yang baik, insya Allah Subhannahu wa Ta'ala engkau mendapatkan suami yang baik pula. Engkau lihat berapa banyak wanita yang tidak berhijab, namun dia tidak menikah, dan engkau lihat berapa banyak wanita berjilbab yang telah menjadi seorang istri.
7. Kita Harus Bersyukur
"Oleh karena kecantikan merupakan nikmat dari Allah Subhannahu wa Ta'ala, maka kita harus bersyukur kepada-Nya, dengan memperlihatkan keindahan tubuh, rambut dan kecantikan kita." Mungkin ada di antara muslimah yang beralasan demikian.
Suadariku! Itu bukanlah bersyukur, karena bersyukur kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala bukan dengan cara melakukan kemaksiatan. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman,
"Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka." (QS. an-Nur:31)
Dalam firman-Nya yang lain,
"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min, "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". (QS.al-Ahzab:59)
Nikmat terbesar yang Allah Subhannahu wa Ta'ala berikan kepada kita adalah iman dan Islam, jika anda ingin bersyukur kepada Allah maka perlihatkanlah kesyukuran itu dengan sesuatu yang disenangi dan diperintahkan Allah Subhannahu wa Ta'ala, di antaranya adalah dengan mememakai hijab atau jilbab. Inilah syukur yang sebenarnya.
8.Belum Mendapatkan Hidayah
Ada sebagian muslimah yang mengatakan, "Saya tahu bahwa jilbab itu wajib, namun saya belum mendapatkan hidayah untuk memakainya." Kepada saudariku yang yang beralasan demikian kami katakan, "Bahwa hidayah itu ada sebabnya sebagaimana sakit itu akan sembuh dengan sebab pula. Orang akan kenyang juga dengan sebab, yakni makan. Kalau anda setiap hari meminta kepada Allah agar ditunjukkan ke jalan yang lurus, maka anda harus berusaha meraihnya.Di antaranya, hendaklah anda bergaul dengan wanita yang baik-baik, ini merupakan sarana yang sangat efektif, sehingga hidayah dapat anda raih dan terus-menerus terlimpah kepada ukhti.
9.Aku Takut Dikira Golongan Sesat
Ketahuilah saudariku! Bahwa dalam hidup ini hanya ada dua kelompok, hizbullah (kelompok Allah) dan hizbusy syaithan (kelompok syetan). Golongan Allah adalah mereka yang senantiasa menolong agama Allah Subhannahu wa Ta'ala, melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Sedangkan golongan setan sebaliknya selalu bermaksiat kepada Allah dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan ketika ukhti melakukan ketaatan, salah satunya adalah memakai hijab maka berarti ukhti telah menjadi golongan Allah ƒ¹, bukan kelompok sesat.
Sebaliknya mereka yang mengumbar aurat, bertabarruj, berpakaian mini dan yang semisal itu, merekalah yang sesat. Mereka telah terbius godaan syetan atau menjadi pengekor orang-orang munafik dan orang-orang kafir. Maka berbahagialah anda sebagai kelompok Allah Subhannahu wa Ta'ala yang pasti menang.
Jilbab atau hijab adalah bentuk ibadah yang mulia, jangan sejajarkan itu dengan ocehan manusia rendahan. Dia disyari'atkan oleh Penciptamu, kalau engkau taat kepada manusia dalam rangka bermaksiat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala maka sungguh engkau akan binasa dan merugi. Mengapa engkau mau diperbudak oleh mereka dan meninggalkan ketaatan kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala Yang menciptakan, memberi rizki, menghidupkan dan mematikanmu?
Sumber: Buletin Darul Qasim, " Wa man Yamna'uki minal hijab", Dr Huwaidan Ismail
www.alsofwah.or.id
Ukhti, Jagalah Suaramu!.....!!!
Penulis: Ummu Aufa
Muroja’ah: Ustadz Abu Salman (Pengajar Ma’had ‘Ilmi Putri)
Anugerah kecantikan yang Allah berikan kepada wanita dari berbagai sisinya dapat menimbulkan dampak kebaikan dan keburukan baik untuk dirinya sendiri atau lawan jenisnya. Bak mutiara indah yang senantiasa menebarkan kilauannya. Namun kilauan itu juga dapat menjadi ladang kemaksiatan jika tidak dijaga oleh pemiliknya seperti dicuri atau dirampas. Begitu pula keindahan dari seorang wanita akan mengundang keburukan jika tidak dijaga dengan baik. Keburukan yang akan timbul antara lain munculnya fitnah dari dalam dirinya. Sebagaimana telah disabdakan oleh Rosululloh ShollAllahu ‘Alaihi Wa salam, bahwa Wanita adalah salah satu perhiasan dunia yang bisa menjadi FITNAH.
“Tidaklah ada fitnah sepeninggalanku yang lebih besar bahayanya bagi laki-laki selain fitnah wanita. Dan sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa bani Israil adalah disebabkan oleh wanita.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim no 2740 [97])
“Hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama kali yang menimpa bani isroil disebabkan oleh wanita.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim no 2742 [99])
Segala keindahan yang terdapat dalam diri seorang wanita harus dijaga, bahkan hal yang dianggap remeh pun seperti “suara”. Tanpa pernah kita sadari, suara juga bisa mendatangkan fitnah, meskipun suara itu keluar bukan dimaksudkan secara khusus untuk melagukannya atau untuk menarik perhatian. Untuk itu Allah telah melarang kaum Hawa untuk berlemah lembut dalam berbicara dengan laki-laki agar tidak timbul keinginan orang yang didalam hatinya terdapat penyakit seperti firman-Nya:
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara dengan mendayu-dayu sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.” (Al Ahzab: 32)
Saudariku, ayat ini turun untuk memperingatkan kita agar lebih berhati-hati dalam mengeluarkan suara kita. Allah juga melarang wanita untuk tidak berkata dengan lemah lembut dengan laki-laki yang bukan mahromnya, Peringatan itu pun semula Allah turunkan untuk Laki-laki di zaman Nabi yang kita tahu bahwa keimanan mereka lebih kuat dan akhlaknya lebih bagus daripada laki-laki di zaman sekarang.
Maka dari itu berbicaralah seperlunya saja dengan laki-laki yang bukan mahrom. Jika memang ada keperluan yang sangat darurat maka berbicara dibalik tabir itu lebih baik, seperti perintah Allah kepada kaum mukmin tatkala meminta sesuatu dengan wanita yang bukan mahrom dari balik tabir, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka (isteri-isteri nabi), Maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al Ahzab: 53)
Wahai ukhti, jagalah suara kita agar tidak menjadi fitnah yang besar bagi kaum Adam. Semoga Allah mengampuni kita semua wahai saudariku dengan keindahan-keindahan yang mengandung fitnah ini. Janganlah kita berbangga hati dengan keindahan yang kita punyai karena sesungguhnya di balik keindahan tersebut terdapat ujian bagi kita. Wallahu a’lam bisshowab
Maraji’:
Fatwa-Fatwa Ulama, Nasihat ulama Besar untuk Wanita Muslimah
***
Artikel www.muslimah.or.id
Dampak Buruk Campur Baur antara Laki-laki dan Perempuan
Termasuk sarana yang berbahaya adalah bercampur baurnya antara wanita dan laki-laki. Karena bercampur baurnya mereka merupakan sarana yang sangat efektif bagi terjerumusnya mereka ke dalam tindakan keji dan kotor. Alangkah banyaknya di zaman ini orang-orang yang menuntut dan mensosialisasikan ‘ikhtilath’ (campur baur) ini. Di mana mereka menyerukan bercampurnya antara laki-laki dan perempuan dalam segala bidang dan lapangan pekerjaan. Mereka mengaku bermaksud baik dan hendak membangun masyarakat, padahal:]
“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar”. (QS. Al-Baqarah: 12).
Ibnul Qayyim menjelaskan dampak negatif ikhtilath:
”Tidak diragukan lagi, bahwa kaum wanita yang membaurkan diri mereka dengan kaum laki-laki adalah akar dari berbagai macam bencana dan keburukan. Tindakan ini merupakan sebab utama datangnya siksa secara massal. Hal ini juga menjadi sebab rusaknya urusan orang-orang umum dan khusus.
Di samping itu juga menyebabkan kematian masal dan penyakit tha’un yang membinasakan. Ketika bercampur para pezina dengan tentara Musa ’alaihissalam dan tersebarlah perzinahan di tengah mereka, maka Allah mengirimkan penyakit tha’un lalu matilah tujuh puluh ribu orang dalam sehari. Kisah tentang hal ini telah populer disebutkan dalam kitab-kitab tafsir.
Sebab utama yang menyebabkan banyaknya kematian secara massal adalah ketika zina telah merajalela lantaran kaum wanita bercampur baur dengan laki-laki, dan berjalan di tengah-tengah mereka dengan bersolek dan berhias.” 1
Foote Note:
1. ath-Thuruq al-Hukmiyyah hal.259.
[Disalin dari buku ’Ubuudiyyatusy-Syahwaat, edisi Indonesia Pemburu Nikmat Sesaat, oleh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad bin Ali bin Abdul Lathif, hal 33-35, terbitan Pustaka At-Tibyan, penerjemah Abu Umar Abdillah
Terapi bagi yang Tergoda oleh Fitnah Wanita (Bagian 2)
Adapun yang ditutur oleh Ibnul Qayyim tentang metode membebaskan diri dari cengkeraman syahwat, kami memilih di antara solusi yang beliau tawarkan. Di antaranya beliau mengatakan:
”Hendaknya dia berpikir bahwa dirinya diciptakan bukan untuk menuruti hawa nafsu, akan tetapi diciptakan untuk suatu kenikmatan agung yang tidak akan dia dapatkan kecuali dengan mendurhakai hawa nafsu, seperti dikatakan:
”Engkau disiapkn untuk urusan yang besar jika engkau tahu
Maka jagalah dirimu jangan kau sia-siakan” 1
Hendaknya menanamkan kepada jiwa akan hinanya ketaatan kepada hawa nafsu. Karena tiada seorang pun yang mentaati hawa nafsunya kecuali akan mendapatkan kehinaan pada dirinya. Janganlah terpedaya oleh tampilan pengikut hawa nafsu dan kecongkakannya, karena sesungguhnya mereka adalah manusia yang paling hina. Mereka telah mengumpulkan dua keburukan, yakni kesombongan dan kehinaan. 2
Hendaknya dia mengetahui, apa pun yang dicampuri oleh hawa nafsu pasti akan rusak. Jika hawa nafsu mencampuri ilmu, maka akan mengarah kepada bid’ah dan kesesatan, sehingga ia menjadi penganut ahlul ahwa’. Jika hawa nafsu mencampuri sikap zuhud, maka ia akan menggiring pelakunya kepada riya’ dan menyelisihi sunnah. Jika hawa nafsu turut campur dalam masalah hukum, maka hasilnya adalah kezhaliman dan menghalangi kebenaran. Dan jika hawa nafsu turut campur dalam kekuasaan dan uzlah, maka akan menggiring pelakunya untuk khianat kepada Allah dan kaum muslimin karena dia akan memerintah dengan hawa nafsu dan uzlah karena hawa nafsu. 3
Sesungguhnya jihad memerangi hawa nafsu, jika ia tidak lebih agung dari jihad memerangi orang kafir, maka bukan jihad melawan hawa nafsu namanya. Seseorang berkata kepada al-Hasan al-Bashri Rahimahullah: ”Wahai Abu Sa’id, manakah jihad yang paling utama?” Beliau menjawab: ”Engkau memerangi hawa nafsumu”. Saya (Ibnul Qayyim) juga mendengar Syaikh kami Ibnu Taimiyah berkata: ”Jihad memerangi hawa nafsu adalah inti dari jihad memerangi orang kafir dan munafiqin, karena seseorang tidak akan mampu berjihad melawan mereka kecuali jika dia mampu memerangi hawa nafsunya terlebih dahulu, lalu dia berani keluar menghadapi mereka.” 4
Sesungguhnya mengikuti hawa nafsu akan menutup hamba dari pintu taufiq, akan terbuka baginya pintu kehinaan. Maka Anda lihat dia akan berkilah, andai saja Allah memberikan taufiq (kepadanya) niscaya akan begini dan begini.., padahal dia telah menutup jalan taufiq atas dirinya dengan mengikuti hawa nafsunya. Al-Fudhail bin Iyadh berkata: ”Barangsiapa yang telah dikuasai oleh hawa nafsu dan mengikuti syahwat niscaya terputuslah jalan-jalan taufiq darinya.” 5
Sesungguhnya antara tauhid dan mengikuti hawa nafsu adalah dua hal yang saling kontradiksi, karena hawa nafsu adalah berhala. Setiap hamba bisa jadi memiliki berhala di hatinya sesuai dengan kadar hawa nafsunya. Sesungguh-Nya Allah mengutus para Rasul-Nya untuk menghancurkan berhala dan agar ibadah hanya ditujukan kepada-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Maksud Allah bukan sekadar menghancurkan fisik patung sementara berhala yang bercokol di hati dibiarkan, bahkan yang dimaksud adalah menghancurkan berhala di dalam hati adalah prioritas utama. Perhatikanlah perkataan al-Khalil (Ibrahim) yang disitir oleh Allah:
”Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?” (QS. Al-Anbiyaa’: 52).
Betapa Anda mendapatkan keselarasan terhadap berhala yang diingini hati dan selalu dikelilingi serta dijadikan sesembahan selain Allah. 6
Sesungguhnya setiap hamba itu memiliki titik awal dan akhir perjalanan. Maka barangsiapa yang awalnya mengikuti hawa nafsu maka hasil akhirnya adalah kehinaan, kerendahan, terhalang dari kenikmatan dan musibah yang menyertainya sesuai dengan kadar keikutannya terhadap hawa nafsu. Bahkan pada gilirannya akan berakhir dengan azab, di mana dia akan diazab di hatinya. Sebagaimana perkataan penyair:
”Ketika hajat menjadi siksa di masa muda
Di hari tua tetap menjadi siksa baginya”.
Kalau Anda perhatikan kondisi buruk dan kehinaan yang menimpa seseorang, niscaya Anda melihat bahwa awal dari semua itu adalah mengikuti hawa nafsu dan lebih mendahulukannya daripada akal sehat. Dan barangsiapa yang awalnya menyelisihi hawa nafsu dan menuruti panggilan hidayah yang lurus, maka kesudahannya adalah kemuliaan, kehormatan, kecukupan, dan kemuliaan di sisi Allah dan di sisi manusia.
Telah dikatakan kepada al-Muhallib bin Abi Shafrah: “Dengan apa Anda mendapatkan semua ini?” Beliau menjawab: “Dengan menaati keyakinan dan menyelisihi hawa nafsu. Inilah awal dan akhir di dunia. Adapun di akhirat, sungguh Allah Subhanahu wata’ala telah menjadikan jannah sebagai akhir bagi orang yang menyelisihi hawa nafsunya, sedangkan neraka menjadi akhir bagi orang yang mengikuti hawa nafsunya.” 7
Secara umum, tidak ada penyakit melainkan ada obatnya, ada orang yang tahu, tapi ada juga orang yang bodoh. Khusus bagi yang terjangkit salah satu dari jenis syahwat tersebut hendaknya bersegera untuk mencari solusi dan sarana menuju keselamatan. Dengan tekad yang kuat, berusaha untuk bersabar, ketinggian tekad, menyibukkan diri dengan urusan-urusan yang penting dan menjauhi hal-hal yang tidak berguna. Hendaknya dia juga bermujahadah di jalan Allah Ta’ala, menahan hawa nafsunya, memperbaiki bisikan hati dan kemauannya, banyak bersahabat dengan orang-orang shalih, secara kontinyu tadharru’ (tunduk) kepada Allah Ta’ala dan menghinakan diri di hadapan Allah ‘Azza wajalla.
Foote Note:
1. Raudhatul Muhibbin: 472.
2. Ibid 483.
3. Ibid 474.
4. Ibid 478.
5. Ibid 479.
6. Ibid 481, 482.
7. Ibid hal. 483, 484.
[Disalin dari buku ’Ubuudiyyatusy-Syahwaat, edisi Indonesia Pemburu Nikmat Sesaat, oleh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad bin Ali bin Abdul Lathif, hal 48-53, terbitan Pustaka At-Tibyan, penerjemah Abu Umar Abdillah].
Terapi bagi yang Tergoda oleh Fitnah Wanita (Bagian 1)
Telah dipaparkan oleh Abul Faraj Ibnu al-Jauzi dalam Dzammul Hawa, juga Ibnul Qayyim dalam Raudhatul Muhibbin yang membicarakan tentang terapi atas masing-masing penyakit dan penderitanya. Secara khusus Ibnul Jauzi menerangkan terapi untuk setiap fase dari masing-masing fase syahwat.
Maka untuk memandang yang diharamkan ada terapi tersendiri, untuk jenis campur baur laki-laki dan perempuan ada terapi tersendiri dan begitu seterusnya. Sedangkan Ibnul Qayyim telah memberikan formula sebanyak 50 metode terapi atas syahwat secara global dan umum.
Di antara yang dipaparkan oleh Abul Faraj Ibnul Jauzi tentang persoalan ini adalah:
“Ketahuilah bahwa penyakit ‘isyq (mabuk cinta) itu bertingkat-tingkat, maka sudah selayaknya menggunakan cara berbeda dalam memberikan terapi. Maka terapi bagi yang terjangkiti penyakit stadium awal tidak sama dengan terapi bagi yang telah mencapai tingkat kronis. Dan terapi hanya bisa dilakukan atas penyakit yang belum mencapai puncak klimaksnya, jika sudah mencapai klimaksnya ia menjadi gila, saat itulah sulit baginya unutk menerima terapi.” 1
Beliau juga berkata: “Sesungguhnya terus-terusan memandang (yang haram) akan menyebabkan terukirnya gambar yang dicintainya dalam hati dengan ukiran yang kuat. Adapun tandanya adalah: penuhnya isi hati dengan sesuatu yang dicintai, seakan dia melihatnya, seakan dia berkumpul bersamanya saat tidur, dan serasa bercengkerama bersamanya, padahal ia sedang sendirian. Ketahuilah bahwa sebabnya adalah ambisi untuk mendapatkan yang dia cari. Cukuplah ambisi ini dikatakan sebagai penyakit, amat jarang seseorang terjerumus ke dalam kefasikan tanpa disertai ambisi terhadapnya.
Sesungguhnya manusia tatkala melihat permaisuri raja, maka nafsunya hampir tak terpikat dengannya, karena dia merasa mustahil untuk mendapatkannya. Akan tetapi, barangsiapa yang berambisi terhadap sesuatu maka ambisi itu akan memotivasi dia untuk mendapatkannya, dia akan tersiksa ketika tak mendapatkannya.
Terapi bagi penyakit ini adalah dengan bertekad kuat untuk menjauhi objek yang digandrunginya, memastikan diri untuk menahan pandangan darinya dan menjauhkan ambisi terhadapnya, serta menanamkan rasa putus asa dalam hati untuk mendapatkannya.” 2
Beliau berkata pula: “Di antara langkah batin untuk mengobati adalah hendaknya dia berpikir jernih dan menyadari bahwa apa yang sebenarnya dimiliki oleh objek yang Anda gandrungi tidaklah seperti yang ada di benakmu, sibukkanlah pikiranmu untuk melihat sisi buruk yang Anda gandrungi. Karena manusia mengantongi najis dan kotoran, sedangkan orang yang gandrung terhadap seseorang biasanya melihatnya dengan pandangan sempurna.
Sementara hawa nafsu tidak menampakkan sisi kurangnya. Hakikat tidak akan tersingkap kecuali jika ditimbang dengan keadilan, sedangkan hawa nafsu yang bertahta adalah hakim culas yang menutupi aibnya, maka orang yang mabuk cinta memandang keburukan yang dimiliki oleh yang digandrunginya sebagai kebaikan.”
Untuk itulah Ibnu Mas’ud Radhiyallaahu’anhu berkata: ”Jika salah seorang di antara kalian terpesona oleh seorang wanita, maka ingat-ingatlah hal-hal yang busuk yang ada padanya.” 3
Foote Note:
1. Dzammul Hawa, 498.
2. Dzammul Hawa hal 501, 502 dengan sedikit diringkas. Lihat juga hal.537.
3. Dzammul Hawa hal 546, 547 dengan sedikit diringkas.
[Disalin dari buku ’Ubuudiyyatusy-Syahwaat, edisi Indonesia Pemburu Nikmat Sesaat, oleh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad bin Ali bin Abdul Lathif, hal 45-48, terbitan Pustaka At-Tibyan, penerjemah Abu Umar Abdillah].
Akibat Tergoda oleh Fitnah Wanita
Sesungguhnya ketika seseorang tergoda oleh wanita lalu terjerumus ke dalamnya, maka akan menyebabkan berbagai dampak negatif dan mafsadat bagi dunia dan akhiratnya.
Ibnu al-Jauzi mengisyaratkan berbagai dampak buruk tersebut dan berkata: “Ketahuilah bahwa dampak negatifnya berbagai macam, ada yang sifatnya segera dan ada pula yang tertunda, terkadang kasat mata, dan terkadang tersembunyi pula”.
Dampak paling berat dan berbahaya yang tidak dirasakan oleh penderita adalah berbaliknya iman dan ma’rifah. Selain itu kematian hati dan lenyapnya kelezatan munajat, bertambah kuatnya dorongan menuju dosa dan melalaikan al-Quran, meremehkan istighfar dan dampak lain yang membahayakan agamanya. Terkadang dampak tersebut merayap dengan pelan membawanya kepada kegelapan hingga menutup seluruh cakrawala hati, hingga bashirahnya menjadi buta.]
Dampak buruk yang paling ringan adalah berupa penyakit fisik yang menimpanya di dunia dan terkadang akibat buruk memandang akan dirasakan oleh mata. Maka barangsiapa yang menyadari telah terjerumus ke dalam dosa yang menimbulkan efek buruk, maka hendaklah bersegera menghindar dari dampak negatifnya dengan cara taubat yang tulus, mudah-mudahan dia akan terhindar. 1
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga menuturkan perihal akibat menuruti syahwat yang diharamkan:
“Barangsiapa yang hatinya menghamba kepada kecantikan rupa yang diharamkan, baik wanita maupun anak muda, maka ini betul-betul merupakan adzab yang tak dapat dianggap remeh. Mereka adalah orang yang paling berat siksanya dan paling sedikit pahalanya. Karena orang yang tergila-gila kepada rupa di saat hati terkait erat dengannya sementara yang dituju jauh darinya, maka akan terkumpul berbagai macam keburukan dan kerusakan yang tak satu pun mampu mengukurnya selain Rabbul ’Ibad.
Di antara bencana yang timbul (karena syahwat terhadap wanita yang diharamkan) adalah berpalingnya hati dari Allah. Karena hati manakala telah mengenyam manisnya ibadah kepada Allah dan ikhlas untuk-Nya, niscaya dia tidak lagi merasakan sesuatu yang lebih nikmat, lebih lezat, dan lebih baik dari hal itu.” 2
Beliau juga berkata: ”Tidak diragukan lagi bahwa kesukaan terhadap tindakan zina adalah penyakit yang bercokol di hati. Syahwat akan menyebabkan seseorang menjadi mabuk, sebagaimana firman Allah tentang kaum Luth:
”Sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)”. (QS. Al-Hijr: 72).
Disebutkan dalam ash-Shahihain, dengan lafazh riwayat Muslim dari hadits Abu Hurairah dari Nabi Shalallahu ’alaihi wasallam beliau bersabda:
”Kedua mata bisa berzina, dan zinanya adalah dengan memandang”. (HR. Muslim).
Kebanyakan manusia menginginkan perbuatan yang tersebut dalam hadits ini, seperti melihat yang haram, onani, dan bercengkerama. Sebagian mereka dengan mudah menyentuh dan memegang (wanita bukan mahram). Sebagian lagi nekat mencium dan memelototinya. Semua itu diharamkan, karena Allah telah melarang kita menaruh belas kasihan kepada para pezina, bahkan memerintahkan kita untuk menegakkan sanksi, lantas bagaimana kita tidak tega dalam hal yang lebih ringan dari itu seperti mengucilkannya, memberikan terapi mental, mencegah atau mengatakan bahwa itu suatu keburukan dan yang semisalnya?
Bahkan sudah selayaknya untuk membenci orang-orang fasik yang menganggap enteng terhadap tindakan yang menuruti syahwat yang biasa dilakukan manusia seperti jenis zina yang disebutkan dalam hadits di atas dan yang lainnya.” 3
Foote Note:
1. Dzammul Hawa: 217.
2. Majmu’ al-Fataawa X / 187.
3. Majmu’ al-Fataawa XV / 288, 289.
[Disalin dari buku ’Ubuudiyyatusy-Syahwaat, edisi Indonesia Pemburu Nikmat Sesaat, oleh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad bin Ali bin Abdul Lathif, hal 37-41, terbitan Pustaka At-Tibyan, penerjemah Abu Umar Abdillah
Kisah Barshisha sang ahli Ibadah...(Trik-Trik Syaithan Dalam Menggoda Anak Manusia)
Ada seorang ahli ibadah (‘Abid) dari kalangan Bani Israil, yang merupakan ahli ibadah pada masanya.
Tersebutlah tiga bersaudara yang memiliki satu-satunya saudara perempuan yang masih perawan. Suatu ketika, ketiga orang ini ingin pergi ikut berjihad di jalan Allah namun mereka tidak tahu kepada siapa saudara perempuan mereka itu akan dititipkan dan mendapatkan tempat yang aman padahal orang tua mereka sudah meninggal dunia. Lalu bersepakatlah mereka untuk menitipkannya kepada seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil tersebut sebab hanya dia yang mereka percayai.
Karena itu, mereka mendatangi orang tersebut dan memintanya agar bersedia menerima titipan saudara perempuan mereka tersebut sehingga ia bisa tinggal dulu di sampingnya hingga mereka pulang kembali dari perjalanan namun si ahli ibadah ini menolaknya dan berlindung kepada Allah dari mereka dan sikap mereka tersebut. Karena terus didesak dan mereka tetap ngotot, akhirnya dia pun bersedia menerima seraya berkata, “Tolong inapkan dia di sebuah rumah di dekat tempat ibadah yang khusus untukku.” Maka mereka pun membawanya ke tempat itu, kemudian berangkat dan meninggalkannya.
Wanita, saudara perempuan ketiga orang itu pun menginap di rumah sang ahli ibadah itu hingga beberapa masa. Selama itu, dia turun dari tempat ibadahnya (yang berada di atas dan berdampingan dengan rumah di mana wanita itu tinggal) untuk memberinya makan, memanggilnya, lalu wanita itu keluar untuk mengambil makanan yang diletakkannya di suatu tempat.
Maka, syaithan pun memainkan perannya; pertama-tama ia pura-pura peduli dengan si ahli ibadah ini dengan mensugestinya terus agar berbuat baik, akan tetapi ia menyayangkan keluarnya si wanita itu dari rumahnya pada siang hari dengan menakut-nakutinya bahwa cara seperti itu bisa saja dilihat seseorang lalu tertarik pada wanita itu. Dia lalu menganjurkan, “Andaikata kamu sendiri yang berjalan dan meletakkan makanannya di pintu rumah, tempat si wanita itu, tentulah pahalanya bagimu lebih besar.” Si Iblis terus menggodanya dengan hal itu hingga akhirnya, si ahli ibadah itu mengikutinya. Dia datang ke rumah, tempat wanita itu menginap, membawa makanan itu sendiri dan meletakkannya di depan pintunya namun tidak berbicara sepatah kata pun dengannya. Kondisi ini berjalan beberapa lama.
Kemudian Iblis itu datang lagi seraya mensugestinya untuk senantiasa berbuat kebaikan sehingga mendapatkan pahala. Dia berkata, “Andaikata kamu berbicara dengannya sehingga dia bisa merasa terhibur denganmu. Sebab ia tentu dicekam kesepian yang amat sangat.” Iblis terus menggodanya hingga akhirnya dia berani mengajak si wanita itu berbicara sekalipun sembari melihat dari tempat ibadahnya yang berada di bagian atas.
Setelah itu, Iblis mendatanginya lagi seraya berkata, “Andaikata kamu menghampirinya dengan duduk di pintu tempat ibadahmu seraya mengajaknya berbicara sementara ia juga duduk di pintu rumahnya sambil berbicara denganmu, tentulah ini lebih baik dan lebih membuatnya terhibur (tidak kesepian).” Iblis terus menggodanya hingga akhirnya dia pun turun dan duduk di pintu tempat ibadahnya sambil mengajak berbicara si wanita itu yang juga keluar dari rumahnya sambil duduk di pintunya guna meladeninya berbicara. Kondisi ini pun berjalan beberapa lama.
Kemudian Iblis itu datang lagi seraya tidak lupa mensugestinya untuk berbuat kebaikan dan meraih pahala terhadap apa yang dilakukannya. Ia bertutur, “Andaikata kamu keluar saja dari tempat ibadahmu itu, kemudian duduk di dekat pintu rumahnya lalu mengajaknya bicara tentulah akan lebih membuatnya merasa terhibur lagi dan akan lebih baik baginya.” Iblis terus menggodanya hingga akhirnya dia melakukannya juga. Kondisi itu pun berjalan beberapa lama.
Kemudian Iblis datang lagi sembari terus mensugestinya untuk berbuat kebaikan. Ia berkata, “Andaikata kamu mendekatinya dan duduk di samping pintu rumahnya lalu berbicara dengannya tetapi dia tidak usah keluar dari rumahnya, tentu lebih baik.” Maka dia pun melakukannya; turun dari tempat ibadahnya, berdiri di depan pintu si wanita itu lalu berbicara dengannya. Kondisi ini berjalan untuk beberapa waktu.
Setelah itu, Iblis datang lagi seraya berkata, “Andaikata kamu masuk bersama-sama dengannya lalu berbicara akan tetapi dia tidak usah menampakkan wajahnya kepada siapapun, tentulah lebih baik bagimu.” Iblis terus menggodanya hingga si ahli ibadah ini pun memasuki rumah si wanita lalu mengajaknya berbicara sepanjang siang hari itu dan begitu siang sudah habis, ia kembali naik ke tempat ibadahnya.
Keesokan harinya, Iblis datang lagi dan terus membuatnya terbayang-bayang dengan si wanita tersebut hingga akhirnya si ahli ibadah berani memegang pahanya dan menciumnya. Iblis terus memperdayanya dengan membuat hal demikian elok di hadapan matanya dan menggodanya hingga akhirnya dia berbuat zina dengan wanita itu dan menghamilinya. Wanita itu pun kemudian melahirkan anak dari hasil hubungan gelap mereka.
Tak berapa lama setelah itu, Iblis datang lagi seraya berkata kepada si ahli ibadah, “Menurutmu, apa yang dapat kamu perbuat bila saudara-saudara si wanita itu datang lalu mendapatinya telah melahirkan seorang anak? Tidak, Aku tidak dapat menjamin bahwa ia (wanita) tidak membuka rahasia terhadap aib itu atau pun mereka nantinya berhasil menyingkap aibmu. Karena itu, pergilah ke anak itu lalu goroklah dia dan kuburkan, pasti ia (wanita itu) tidak akan angkat bicara karena takut saudara-saudaranya akan berbuat kasar terhadapmu begitu mengetahui apa yang telah kamu lakukan terhadapnya.” Maka, si ahli ibadah ini pun menuruti saja bujukan Iblis itu dengan membunuh anak hasil hubungannya dengan wanita tersebut.
Kemudian Iblis berkata lagi, “Menurutmu, apakah ia (wanita itu) tidak akan angkat bicara kepada saudara-saudaranya mengenai perlakuanmu terhadapnya dan anaknya yang telah kamu bunuh? Tidak, karena itu, singkirkan dan goroklah dia lalu kuburkan bersama anaknya.” Iblis terus menggodanya hingga akhirnya ia pun menggorok wanita itu dan membuang kedua mayat itu ke dalam sebuah lubang, lalu menyumbatnya dengan batu besar kemudian tanahnya diratakan kembali. Setelah itu, ia naik ke tempat ibadahnya seraya terus melakukan ritual. Kondisi ini berlangsung beberapa lama hingga kemudian saudara-saudara wanita itu pulang dari berperang. Mereka datang seraya menanyakan keadaan saudara perempuan mereka. Namun, si ahli ibadah ini dengan mimik sedih menyampaikan bela sungkawanya kepada mereka atas kematiannya dan mendoakan semoga Allah merahmati arwahnya.
Mendengar kejadian itu, mereka berniat tinggal beberapa hari di kuburannya, untuk kemudian kembali menemui sanak saudara mereka.
Begitu malam tiba dan mereka sudah tertidur pulas, datanglah syaithan dalam mimpi mereka menyamar sebagai seorang laki-laki yang sedang bepergian. Lalu ia memulai pertanyaannya kepada kakak sulung dari tiga bersaudara tersebut mengenai kondisi saudara perempuan mereka. Maka si kakak sulung itu memberitahukan kepadanya seperti yang telah dikatakan si ahli ibadah itu mengenai kematiannya, bagaimana dia berbelasungkawa dan menunjukkan lokasi dikuburkannya saudara perempuan mereka tersebut, akan tetapi syaithan –yang menyamar tersebut- menyangkal ucapan si ahli ibadah dan menganggapnya telah berdusta, seraya berkata, “Ia tidak berbicara jujur pada kalian mengenai saudara perempuan kalian tersebut. Sebenarnya, dia telah menghamilinya lalu lahirlah seorang anak, kemudian si ahli ibadah itu menggoroknya dan anak itu karena takut kepada kalian, setelah itu, dia melempar keduanya ke dalam lubang yang digalinya di belakang pintu rumah tempat tinggal sudara wanita kalian itu, tepatnya di sebelah kanan orang yang masuk ke sana. Pergilah ke sana, lalu masuklah ke rumah itu, pasti kalian akan menemukan mayat keduanya sebagaimana yang telah aku beritahukan kepada kalian ini.”
Iblis kemudian mendatangi mimpi saudara nomor dua mereka dan mengatakan kepadanya persis seperti yang dikatakannya kepada kakak sulung mereka, kemudian ia datang lagi ke dalam mimpi si bungsu dan mengatakan hal yang sama.
Tatkala bangun, mereka tertegun-tegun terhadap apa yang masing-masing mereka lihat dalam mimpi. Akhirnya masing-masing bertemu dan berkata kepada saudaranya, “Semalam aku melihat sesuatu yang aneh di dalam mimpi.” Masing-masing saling menceritakan apa yang dilihatnya.
Maka, berkatalah si kakak sulung, “Ini hanyalah mimpi belaka, tidak akan ada apa-apa. Ayo kita berangkat dan anggap saja hal ini sebagai angin lalu.”
“Demi Allah, aku tidak akan berangkat hingga mendatangi tempat tersebut lalu melihat apa yang ada di dalamnya,” kata si bungsu.
Akhinrya, mereka semua menuju ke rumah di mana saudara perempuan mereka pernah tinggal tersebut. Mereka buka pintunya dan mencari lokasi seperti yang disebutkan di dalam mimpi mereka. Ternyata, mereka mendapati saudara perempuan mereka dan anaknya dalam kondisi tergorok di dalam sebuah lubang sebagaimana yang dikatakan kepada mereka dalam mimpi itu. Lalu mereka menanyakan kebenaran hal itu kepada si ahli ibadah, maka ia pun membenarkan apa yang dikatakan Iblis pada mereka di dalam mimpi itu berkenaan dengan apa yang telah diperbuatnya terhadap ke-dua orang tersebut (si wanita dan anaknya).
Mereka kemudian mengangkat perkara tersebut kepaada raja, menurunkannya dari tempat ibadahnya dan menghadirkannya untuk disalib. Tatkala mereka telah mengikatnya di atas kayu untuk dibunuh, datanglah Iblis menjumpai si ahli ibadah itu seraya berkata, “Aku lah temanmu yang tempo lalu telah mengujimu dengan wanita tersebut sehingga ia hamil dan anaknya engkau bunuh. Jika sekarang ini kamu mau patuh padaku dan kafir terhadap Allah Yang menciptakan serta membentukmu, aku akan menyelematkanmu dari kondisimu saat ini.” Maka, si ahli ibadah itupun menjadi kafir kepada Allah. Tatkala ia telah menyatakan kekafirannya, syaithan pun lari dan membiarkan urusannya dengan orang-orang diselesaikan sehingga mereka pun menyalibnya, lalu ia pun dibunuh.
Dan ayat yang berkenaan dengan kejadian ini sebagai permisalan adalah firman-Nya, “(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) syaithan ketika dia berkata kepada manusia, ‘Kafirlah kamu.’ Maka tatkala manusia itu telah kafir, ia berkata, ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam. Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang zhalim.” (Q.s.,al-Hasyr:16-17)
(SUMBER: Mi`ah Qishshah Wa Qishshah, Fii Aniis ash-Shaalihiin Wa Samiir al-Muttaqiin, karya Muhammad Amin al-Jundy, h.20-25